JAKARTA, investor.id -Nilai tukar rupiah kembali tertekan olehdolar AS (USD) pada perdagangan Rabu, 8 Oktober 2025.
Pada perdagangan Rabu sore (8/10) kursrupiah ditutup melemah 12 poin terhadap dolar AS, setelah sebelumnya sempat melemah 55 poin di level Rp 16.573 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.561.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.570 - Rp 16.620," ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Dari sisi eksternal, kurs rupiah tertekan oleh sentimenketidakpastian politik dan ekonomi di AS, yang telah memasuki minggu kedua kebijakan penutupan pemerintah atau government shutdown .
Meskipun penutupan pemerintah secara historis berdampak terbatas pada ekonomi, pejabat Gedung Putih memperingatkan bahwa kali ini mungkin berbeda," kataIbrahim.
Sentimen dari AS yang mempengaruhi rupiah adalah proyeksi penurunansuku bunga Federal Reserve sebesar 25 basis poin (bps)pada pertemuannya bulan Oktober.
Posisi rupiah juga terpengaruhrisis politik yang semakin meningkat di Prancis, di mana Perdana Menteri Sebastien Lecornu mengumumkan pengunduran diri. Sedangkan di Asia, terpilihnyapolitisi konservatif Sanae Takaichi sebagai kandidat kuat Perdana Menteri baru Jepang menjadi perhatian.
Di Asia, Jepang tengah memperhatikan kebijakan fiskalnya setelah politisi konservatif Sanae Takaichi terpilih sebagai pemimpin partai yang berkuasa.
"Pertanyaan muncul mengenai bagaimana Takaichi akan mendanai agenda fiskalnya, terutama di tengah memburuknya sentimen investor terhadap obligasi pemerintah Jepang," Ibrahim menyoroti.
Adapun sentimen lainnya yaitu konflik yang meningkat antara Rusia dan Ukraina, setelaherangan pesawat nirawak terhadap kilang minyak Kirishi di Rusia mendorong pemberhentian operasional.
Dari sisi internal, Rupiah melemah setelah Bank Dunia merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan tumbuh 4,8% di sisa tahun 2025.Perkiraan tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan pemerintah di kisaran 5%.
"Bank Dunia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi mirip dengan China, yang berada di sekitar 5% berkat dukungan belanja pemerintah. Bedanya, China diperkirakan bakal memperlebar defisit anggaran belanjanya dari sebesar 4,5% di 2019, menjadi 8,1% di 2025. Indonesia, lebih kearah belanja pemerintah daripada ukuran defisit, yang diperkirakan tetap berada di dalam aturan fiskal," papar Ibrahim.
Sumber : investor.id
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()