Kilau Logam Kuning Meredup Usai Cetak Rekor Tertinggi, Investor Ambil Untung

• Harga emas terkoreksi 0,38% jadi USD4.026,75 per ons setelah mencetak rekor tertinggi, seiring aksi ambil untung investor di tengah ketidakpastian global dan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed.
• Sentimen positif didorong kesepakatan awal damai Israel-Hamas serta peluang pemangkasan suku bunga AS sebesar 25 bps pada Oktober dan Desember.
• Prospek emas tetap kuat karena kondisi suku bunga rendah, ketidakpastian geopolitik, serta permintaan tinggi dari bank sentral dan investor global sejak awal tahun.

Ipotnews -- Harga emas melemah, Kamis, sehari setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Koreksi ini terjadi karena investor merealisasikan keuntungan di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian serta harapan akan pemangkasan suku bunga lanjutan Federal Reserve.
Emas spot turun 0,38% menjadi USD4.026,75 per ons pada pukul 14.27 WIB, setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi USD4.059,05 pada sesi Rabu, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Bengaluru, Kamis (9/10).
Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat untuk kontrak pengiriman Desember menyusut 0,63% menjadi USD4.044,70 per ons.
Rekor baru harga emas dipicu kesepakatan awal antara Israel dan Hamas dalam rencana perdamaian yang diusung Presiden AS Donald Trump. Kesepakatan itu mencakup gencatan senjata dan pembebasan sandera, yang menjadi langkah pertama menuju penyelesaian konflik berdarah yang berlangsung selama dua tahun di Jalur Gaza. PBB menyebut konflik tersebut mencapai kategori genosida.
Menurut analis pasar dari Capital.com, Kyle Rodda, kesepakatan fase satu antara Israel dan Hamas memang menjadi katalis bagi penguatan harga emas, namun kondisi ini juga dimanfaatkan investor untuk mengambil keuntungan.
Dia menilai ketegangan geopolitik selama ini memang menjadi alasan utama naiknya harga emas, namun saat harga sudah mencapai titik tertinggi, aksi ambil untung tak terhindarkan.
Dari sisi kebijakan moneter, harga emas juga ditopang prospek pelonggaran suku bunga oleh the Fed. Berdasarkan risalah pertemuan 16-17 September, pejabat bank sentral sepakat bahwa risiko terhadap pasar tenaga kerja cukup tinggi untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Namun, mereka masih berhati-hati karena inflasi yang masih membandel.
Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga 25 basis poin masing-masing pada pertemuan Oktober dan Desember, dengan probabilitas mencapai 93% dan 78%, berdasarkan data FedWatch Tool CME Group.
Rodda menambahkan bahwa prospek emas masih cukup kuat karena faktor fundamentalnya tetap mendukung penguatan harga. Dalam kondisi suku bunga rendah serta ketidakpastian ekonomi dan politik global, logam kuning sebagai aset tanpa imbal hasil cenderung menjadi pilihan utama investor.
Gejolak di pasar global turut memperkuat permintaan terhadap emas. Ketidakstabilan politik yang terjadi di Jepang dan Prancis, serta penutupan sebagian operasional pemerintahan (government shutdown) AS, memicu arus dana masuk ke aset safe-haven seperti emas.
Sejak awal tahun, harga emas meroket sekitar 54%, didorong pembelian besar-besaran dari bank sentral, peningkatan permintaan ETF berbasis emas, pelemahan dolar AS, dan melonjaknya kebutuhan lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Sementara itu, logam lainnya menunjukkan pergerakan beragam. Harga perak di pasar spot naik 0,4% menjadi USD49,06 per ons, setelah mencetak rekor tertinggi USD49,57 sehari sebelumnya. Platinum turun 0,6% menjadi USD1.653,52, sedangkan paladium melesat 1,1% jadi USD1.465,73. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin