- Harga minyak Brent dan WTI turun sekitar 0,5% akibat meredanya risiko geopolitik setelah tercapainya gencatan senjata Israel-Hamas.
- Secara mingguan, keduanya tetap naik 0,7%, ditopang ketegangan Rusia-Ukraina dan keputusan OPEC + yang menaikkan produksi secara moderat.
- Pasar mulai fokus pada potensi surplus minyak dan kekhawatiran dampak ekonomi dari penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan.
Ipotnews -- Harga minyak melorot, Jumat, melanjutkan pelemahan dari sesi sebelumnya setelah anjlok 1,%. Penurunan terjadi seiring meredanya premi risiko geopolitik di pasar menyusul tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sebagai bagian dari inisiatif perdamaian yang didorong Presiden Donald Trump.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melemah 34 sen atau 0,51% menjadi USD64,89 per barel, pada pukul 13.54 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Jumat (10/10).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut 30 sen atau 0,49% menjadi USD61,21 per barel.
Kesepakatan gencatan senjata yang diteken Kamis mencakup penghentian pertempuran, penarikan sebagian pasukan Israel dari Jalur Gaza, serta pembebasan seluruh sandera oleh Hamas sebagai imbalan atas ratusan tahanan yang ditahan Israel. Pemerintah Israel secara resmi meratifikasi kesepakatan ini pada Jumat.
Meski harga mengalami koreksi harian, secara mingguan baik Brent maupun WTI masih membukukan kenaikan sekitar 0,7 persen, menutup sebagian kerugian tajam yang terjadi pekan lalu.
Kenaikan juga sempat terjadi pada Rabu, saat harga melonjak sekitar 1% ke level tertinggi dalam satu pekan akibat minimnya kemajuan dalam perundingan damai Ukraina, yang menandakan sanksi terhadap Rusia--eksportir minyak terbesar kedua dunia--akan terus berlanjut.
Analis ANZ, Daniel Hynes, menyatakan kesepakatan gencatan senjata di Gaza menjadi langkah penting menuju akhir konflik dua tahun yang meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak.
"Fokus pasar kini beralih kembali ke potensi surplus minyak yang akan datang, seiring dengan kebijakan OPEC dalam mencabut pemangkasan produksi secara bertahap," kata Hynes.
Sebelumnya, keputusan OPEC +, Minggu, untuk menaikkan output minyak dalam jumlah yang lebih kecil dari perkiraan pada November meredakan sebagian kekhawatiran terkait banjir pasokan.
Menurut analis BMI, pasar semula mengantisipasi lonjakan pasokan tajam, namun kenyataannya peningkatan tersebut tidak signifikan dan justru berkontribusi terhadap kenaikan harga mingguan yang moderat.
Selain faktor geopolitik dan kebijakan produksi, kekhawatiran investor juga mengarah pada potensi dampak ekonomi dari penutupan pemerintahan (government shutdown) AS yang berkepanjangan.
Kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Amerika dan menurunkan permintaan minyak di negara konsumen minyak mentah terbesar di dunia itu. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()