JAKARTA, investor.id -Harga emas dunia diperkirakan akan melanjutkan penguatan di awal pekan depan, pada Senin (13/10/2025).
Pengamat pasar emas, Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas dunia akan ditransaksikan pada level support US$ 3.987 per troy ons pada Senin (13/10/2025), dengan resistance pada kisaran US$ 4.059 per troy ons.
"Kalau hitungan untuk satu minggu, harga emas dunia kemungkinan besar support -nya di level US$ 3.936 per troy ons, resistance -nya di US$ 4.100," ujar Ibrahim dalam keterangan resmi, Sabtu (11/10/2025).
Dia menjelaskan, harga emas dunia ada target resistance menyentuh Rp 4.150, namun belum diketahui akan terjadinya karena masih perlu melihat perkembangan ke depan.
"Saya tidak tahu November di akhir bulan atau di pertengahan bulan, karena ada target terakhir, itu adalah resistance di Rp 4.150 bukan di bulan November atau Desember. Ini masih tentatif, belum tahu melihat perkembangan selanjutnya," katanya.
Dia memaparkan, kenaikan harga emas yang terus berlanjut didukung oleh beberapa sentimen geopolitik, ketidakpastian fiskal, ancaman terhadap independensi Bank Central Amerika, serta supply dan demand.
"Kita melihat walaupun kemarin sempat mengalami koreksi di level US$ 3.944 disebabkan oleh genjatan senjata di jalur Gaza antara Hamas dan Israel, tetapi itu terjadi hanya sesaat karena fund-fund besar melakukan taking profit untuk mendapatkan keuntungan dari level tertinggi. Jadi pada saat turun di bawah itu terus melakukan pembelian secara besar-besaran. Taking profit -nya itu adalah di US$ 4.100 per troy ons," ujarnya.
Sentimen geopolitik datang dari Eropa, di mana perang Rusia dan Ukraina masih terus menjadi-jadi. Menurut Ibrahim, perang ini kemungkinan besar akan terus berkecamuk karena tidak ada satu kesepakatan, bahkan
NATO
 dan Amerika terlibat langsung dalam perang tersebut."Ini yang akan membuat harga emas dunia terus mengalami kenaikan karena ketidakpastian perpolitikan di Eropa yang kita tahu bahwa Rusia salah satu penghasil minyak mentah terbesar yang tergabung dalam OPEC +," kata Ibrahim.
Kemudian sentimen lainnya, ketidakpastian fiskal di Amerika. Perang dagang yang berkecamuk juga berdampak terhadap 50 negara bagian di Amerika, 20 di antaranya sudah memasuki krisis ekonomi.
Menurut Ibrahim, hal ini yang membuat ketidakpastian fiskal di Amerika ini terus terjadi apalagi setelah shutdown atau diberhentikan sementara pemerintahan federal di Amerika.
"Sehingga Bank Sentral Amerika dalam pertemuan minggu depan secara bulat kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga 25 basis point . Penurunan suku bunga ini disebabkan karena mandeknya pemerintahan federal yang membuat tenaga kerja terus menurun, pengangguran terus mengalami peningkatan," tambahnya.
Ibrahim menjelaskan, harga di Amerika untuk barang-barang semakin tinggi karena perang dagang. Di sisi lain, Trump baru saja memberikan biaya impor 100% terhadap China atas perlindungan tanah jarang.
"Sebelumnya di 1 Oktober, Trump juga sudah menerapkan biaya impor. Artinya perang dagang akan terus memanas dan ini yang akan membuat inflasi tak jelas, sehingga masyarakat akan kembali berbondong-bondong untuk melakukan pembelian terhadap logam mulia," ungkapnya.
Sumber : investor.id
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
        Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
        



Tải thất bại ()