Pasardana.id – Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan akhir pekan lalu (10/10), IHSG ditutup menguat tipis +6,92 poin (+0,08%) ke level 8.257,86.
Penguatan IHSG didorong adanya keadaan makro ekonomi domestik yang cukup positif dan apresiasi terhadap nilai tukar rupiah.
Dari eksternal, shutdown pemerintah AS berlanjut hingga hari kesembilan setelah Senat gagal mencapai kesepakatan pendanaan.
Di sisi lain, investor memperkirakan ada peluang 95% untuk pemotongan suku bunga pada bulan ini, sedangkan untuk Desember menurun menjadi 80% dari sebelumnya 90%.
Sebagai catatan, sepekan terakhir IHSG berhasil menguat +1,72% dengan sektor penopangnya Transportations (+10,32%), Energy (+6,95%), dan Infrastructures (+6,68%).
Sementara itu, Wall Street akhir pekan lalu ditutup melemah, seperti DJIA (- 1,90%), S&P 500 (-2,71%), & Nasdaq (-3,56%).
Pelemahan tersebut setelah sempat mencapai level tertinggi baru, terpicu oleh ancaman Presiden Donald Trump atas kenaikan tarif "besar-besaran" terhadap barang dari Tiongkok.
Trump menyalahkan Tiongkok atas dominasi dalam pasar tanah langka dan menyiratkan kemungkinan membatalkan pertemuan mendatangnya dengan Presiden Xi Jinping.
Ancaman ini menambah kekhawatiran tentang kembali memburuknya ketegangan perdagangan antara kedua negara.
Sektor teknologi dan semikonduktor paling terdampak, dengan saham AMD anjlok 7,8%, Nvidia (-5%), dan Qualcomm (-7,3%) menyusul munculnya penyelidikan antitrust di Tiongkok.
Penurunan ini diperparah oleh shutdown pemerintah AS yang telah berlangsung hingga hari ke-10, yang menunda rilis data ekonomi penting dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan.
“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan cenderung bergerak mixed, dimana indeks cukup rawan terjadi profit taking, pasca kenaikan yang cukup signifikan sebelumnya,” sebut analis FAC Sekuritas dalam riset Senin (13/10).


Tải thất bại ()