Pasokan Global Berlimpah, Gandum CBOT Jatuh ke Titik Terendah Lima Tahun

• Harga gandum jatuh ke level terendah dalam lima tahun akibat lonjakan ekspor dari Rusia dan prospek panen besar dari Argentina serta Australia, memicu kekhawatiran kelebihan pasokan global.
• Harga kedelai dan jagung juga tertekan oleh musim panen di AS serta ketidakpastian hubungan dagang AS-China, ditambah penurunan permintaan kedelai AS dari China yang beralih ke Amerika Selatan.
• Pasar komoditas pertanian dibayangi ketidakseimbangan pasokan-permintaan, dengan cuaca global dan dinamika geopolitik menjadi faktor penentu arah harga ke depan.

Ipotnews -- Harga gandum berjangka Chicago jatuh ke level terendah dalam lima tahun, Selasa, seiring meningkatnya ekspor gandum dari Rusia yang memicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar global.
Di saat bersamaan, harga kedelai dan jagung juga tertekan oleh musim panen yang sedang berlangsung di Amerika Serikat, serta ketidakpastian mengenai arah kebijakan dagang antara Washington dan Beijing.
Kontrak gandum berjangka yang paling aktif di Chicago Board of Trade ( CBOT ) melorot 0,6 persen atau USD3,00 menjadi USD493,75 per bushel pada pukul 14.41 WIB, setelah sempat menyentuh level terendah sejak Agustus 2020, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Canberra, Selasa (14/10).
Sementara itu, harga kedelai CBOT melemah 0,45 persen atau USD4,50 menjadi USD1.003,25 per bushel, dan jagung turun tipis 0,06 persen atau 25 sen jadi USD411,00 per bushel.
Harga ketiga komoditas tersebut mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir akibat melimpahnya pasokan global. Kabar terbaru mengenai lonjakan ekspor dari Rusia semakin memperburuk sentimen pasar.
Konsultan agribisnis Sovecon pekan lalu menaikkan proyeksi produksi gandum Rusia tahun 2025 dari 87,2 juta ton menjadi 87,8 juta ton, didorong hasil panen yang memecahkan rekor di wilayah Siberia.
Selain Rusia, pelaku pasar juga memperkirakan panen besar akan datang dari Argentina dan Australia dalam beberapa bulan mendatang, menambah tekanan terhadap harga global.
Meski sebagian besar wilayah produsen utama gandum mengalami kondisi cuaca yang cukup bersahabat tahun ini, hujan yang terus-menerus di beberapa daerah di China mulai mengganggu proses panennya.
Walau begitu, harga gandum CBOT kini dinilai sudah terlalu murah, dan diperkirakan segera menarik minat pembeli. Ole Houe, Direktur IKON Commodities, Sydney, mengatakan harga di pasar fisik masih cukup stabil dan Amerika Serikat kini menjadi eksportir gandum termurah di dunia.
Menurutnya, ini akan memberikan dukungan terhadap harga dalam waktu dekat, meskipun tekanan dari musim panen domestik masih akan membebani harga jagung dan kedelai.
Di pasar kedelai, perhatian tertuju pada China, yang merupakan importir kedelai terbesar di dunia. Saat ini, negara tersebut menghentikan pembelian dari AS dan lebih memilih untuk membeli dari produsen di Amerika Selatan.
Harapan akan pemulihan hubungan dagang antara kedua negara kembali meredup setelah Presiden AS Donald Trump, akhir pekan lalu, memberikan pernyataan yang meragukan tercapainya kesepakatan. Namun, beberapa pejabat AS kemudian melunak dalam pernyataan mereka, membuka kemungkinan dialog lebih lanjut.
Sementara itu, penanaman kedelai untuk musim 2025-2026 di Brasil--produsen kedelai terbesar dunia--terus berlangsung dalam laju cepat.
Jika cuaca mendukung, panen tahun ini diprediksi mencetak rekor baru, yang berpotensi semakin menekan harga global jika permintaan dari China tidak kembali ke pasar AS.
Kondisi pasar komoditas pertanian saat ini menunjukkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan masih menjadi faktor utama penggerak harga, dengan dinamika geopolitik dan kondisi cuaca menjadi variabel penting yang terus dipantau pelaku pasar. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin