- Rupiah melemah 0,18% ke Rp16.603 per dolar AS akibat meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi perang dagang AS-Tiongkok dan berlarutnya penutupan pemerintahan federal AS.
- Ketegangan perdagangan meningkat setelah Donald Trump mengancam mengenakan tarif 100% terhadap Tiongkok, meski kedua negara direncanakan bertemu akhir bulan ini untuk membahas rekonsiliasi.
- Pasar menanti arah kebijakan The Fed, dengan ekspektasi kuat pemangkasan suku bunga 25 bps pada 29 Oktober, sementara fundamental ekonomi Indonesia dinilai tetap solid menopang stabilitas rupiah.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada perdagangan hari ini, Selasa (14/10),seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta berlarutnya penutupan sebagian layanan (shutdown)pemerintahan federal AS.
Mengutip data Bloomberg, pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.603 per dolar AS, posisi tersebut melemah 30 poin atau 0,18% dibandingkan penutupan perdagangan Senin sore (13/10) di level Rp16.573 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan rupiah hari ini terutama dipicu oleh faktor eksternal yang meningkatkan sentimen aversi risiko di pasar keuangan global.
"Pernyataan Presiden Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif 100% terhadap Tiongkok memicu reaksi keras dari Beijing dan menimbulkan kekhawatiran perang dagang kembali memanas," kata Ibrahim dalam riset hariannya, sore ini.
Kendati demikian, menurut Ibrahim, kedua negara tampak berupaya meredakan ketegangan. Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan bahwa Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan pada akhir bulan ini untuk membahas kemajuan perdagangan lebih lanjut.
Pasar juga masih dibayangi ketidakpastian akibat penutupan sebagian pemerintahan AS yang telah memasuki hari ke-13. Kebuntuan antara anggota parlemen mengenai rancangan undang-undang pendanaan sementara membuat sejumlah lembaga federal belum dapat beroperasi penuh.
"Situasi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal AS dan memicu pelarian modal ke aset safe haven," imbuh Ibrahim.
Pelaku pasar menantikan pernyataan Ketua The Federal Reserve Jerome Powell, yang akan menyampaikan pandangannya terkait prospek ekonomi dan arah kebijakan moneter dalam forum tahunan Asosiasi Ekonomi Bisnis Nasional di Philadelphia.
Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan 29 Oktober mendatang, dengan probabilitas mencapai 97% menurut alat CME FedWatch.
Dari sisi domestik, sentimen ekonomi nasional masih relatif positif. Perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah gejolak eksternal, ditopang pertumbuhan yang stabil, inflasi yang terjaga, dan ekspor yang terus membaik.
"Fundamental ekonomi Indonesia yang solid menjadi bantalan utama bagi rupiah. Namun dalam jangka pendek, arah pergerakan mata uang masih akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan hubungan dagang AS-Tiongkok dan keputusan The Fed," tambah Ibrahim.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
        Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
        



Tải thất bại ()