Merespons Ketegangan Dagang AS-China, Dolar Keok Versus Mata Uang Utama

• Dolar melemah terhadap mayoritas mata uang utama, termasuk franc Swiss dan yen Jepang, dipicu meningkatnya kembali ketegangan dagang AS-China dan langkah balasan Beijing terhadap perusahaan terkait AS.
• Euro menguat 0,33% ke USD1,1606 pasca Prancis menangguhkan reformasi pensiun 2023 hingga setelah pemilu 2027, yang menurunkan kekhawatiran soal kebijakan fiskal ketat.
• Pound, Aussie, dan Kiwi melemah, masing-masing tertekan oleh data tenaga kerja Inggris yang lesu dan kekhawatiran ekonomi global akibat perang dagang AS-China.

Ipotnews - Nilai tukar dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama, Selasa, dipicu meningkatnya kembali ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Sementara itu, euro menguat setelah pemerintah Prancis mengusulkan penangguhan reformasi pensiun yang kontroversial.
Dolar AS menyusut 0,37% terhadap franc Swiss menjadi 0,801, dan melorot 0,37% versus yen Jepang ke posisi 151,71 yen, setelah sehari sebelumnya sempat menguat terhadap kedua mata uang tersebut, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (14/10) atau Rabu (15/10) pagi WIB.
"Pasar sedikit terkecoh kemarin," ujar Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar Bannockburn Capital Markets. "Banyak yang ingin percaya bahwa ketegangan dagang AS-China mereda, tapi jelas hal itu tidak terjadi."
Ketegangan meningkat setelah Amerika dan China, Selasa, mulai memberlakukan biaya tambahan di pelabuhan terhadap perusahaan pelayaran yang mengangkut berbagai komoditas, mulai dari mainan hingga minyak mentah.
Selain itu, Beijing mengumumkan sanksi terhadap lima anak usaha perusahaan galangan kapal Korea Selatan, Hanwha Ocean, yang memiliki keterkaitan dengan Amerika. China juga menyatakan tengah menginvestigasi dampak penyelidikan Section 301 oleh Amerika terhadap dugaan praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan negara lain pada industri pelayaran domestiknya.
Langkah saling balas ini merusak sentimen positif yang sempat muncul akhir pekan lalu, setelah Presiden AS Donald Trump menampilkan sikap yang lebih berdamai terkait hubungan dagang kedua negara.
"Saya rasa pasar belum melihat ini sebagai masalah jangka panjang, terutama jika melihat pola tahun lalu sejak April," kata Joseph Trevisani, analis FX Street. "China yang memulai babak baru dalam ketegangan ini, tetapi bagi kedua negara, konflik semacam ini tidak menguntungkan dalam jangka panjang."
Sementara itu, Chairman Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan pasar tenaga kerja Amerika masih stagnan sepanjang September dengan tingkat perekrutan dan pemutusan kerja yang rendah. Namun, dia menambahkan bahwa ekonomi Amerika "mungkin berada pada lintasan yang sedikit lebih kuat dari perkiraan sebelumnya."
Dari Eropa, Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu memutuskan untuk menangguhkan pelaksanaan reformasi pensiun 2023 hingga setelah pemilihan presiden 2027. Keputusan ini diambil setelah tekanan kuat dari kelompok politik sayap kiri yang menilai kebijakan tersebut memberatkan pekerja dan dapat mengancam stabilitas pemerintahan.
Setelah pengumuman itu, euro memperpanjang penguatannya terhadap dolar AS dan naik 0,33% menjadi USD1,1606. "Tampaknya kebijakan fiskal Prancis akan lebih longgar dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Obligasi Prancis hari ini menjadi yang berkinerja terbaik di zona euro," kata Chandler menambahkan.
Poundsterling turun tipis 0,05% terhadap dolar ke posisi USD1,3326 setelah data menunjukkan pertumbuhan upah di Inggris melambat dan klaim pengangguran meningkat. Pound juga melemah versus euro, dengan mata uang tunggal Eropa itu naik 0,37% menjadi 87,08 pence.
Sementara itu, dolar Australia--yang kerap dianggap sebagai indikator sentimen risiko global dan proksi aset China karena hubungan ekonomi yang erat--terdepresiasi 0,32% ke posisi USD0,6491. Dolar Selandia Baru juga turun 0,16% menjadi USD0,5716. (Reuters/AI)

Sumber : Admin