NEW YORK , investor.id -Harga emas kembali melonjak dan memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) baru pada Rabu (15/10/2025) pagi. Laju harga emas makin tak terbendung, bahkan Bank of America (BofA) memproyeksikan harga emas dan perak bakal terus menanjak tajam hingga 2026.
Dikutip dari Kitco, Dalam laporannya, BofA memperkirakan harga emas bisa menembus US$ 5.000 per troy ounce, sementara harga perak berpotensi mencapai US$ 65 per troy ounce tahun depan.
Harga emas hari ini terlihat melonjak 0,68% ke level US$ 4.170,75 saat berita ditulis. Setelah sempat menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di level US$ 4.186,71.
Meski ada risiko volatilitas jangka pendek dan kemungkinan konsolidasi, analis BofA menyebut tren kenaikan logam mulia masih 'tak terbendung'. Bank ini memperkirakan harga rata-rata emas pada 2026 mencapai US$ 4.438 per ounce, sedangkan perak akan rata-rata di US$ 56,25 per ounce.
BofA termasuk salah satu lembaga pertama yang memprediksi kenaikan harga emas ke level US$ 4.000, yang kini telah tercapai.
"Kebijakan ekonomi yang tidak konvensional dari Gedung Putih kemungkinan tetap mendukung penguatan emas, terutama di tengah defisit fiskal, peningkatan utang, upaya memperbaiki defisit transaksi berjalan, serta kebijakan pemangkasan suku bunga di saat inflasi sekitar 3%," tulis tim analis yang dipimpin Michael Widmer.
Penopang Harga Emas
BofA memproyeksikan permintaan investasi emas naik 14% dan menjadi pendorong utama kenaikan harga ke level US$ 5.000 per ounce. Bahkan, mereka melihat potensi emas bisa menuju US$ 6.000 per ounce, meski target itu dinilai cukup menantang.
"Untuk reli ke US$ 6.000, investor perlu meningkatkan pembelian hingga 28%. Itu bukan hal yang mustahil, tapi jelas cukup berat," kata tim analis.
Meski masih bullish terhadap emas dan perak, BofA mengingatkan risiko koreksi dalam waktu dekat.
"Pembelian ETF melonjak 880% secara tahunan pada September ke rekor tertinggi US$ 14 miliar. Total investasi emas fisik dan derivatif kini hampir dua kali lipat dan setara lebih dari 5% dari pasar saham dan obligasi global," tulis laporan itu.
Untuk perak, analis BofA tetap optimistis meski permintaan global diperkirakan turun 11% pada 2026. "Kami masih memperkirakan defisit pasokan, yang akan menopang harga logam putih ini," tulis mereka.
Namun, BofA menyoroti risiko utama pada perak berasal dari pergeseran permintaan di sektor energi surya, di mana konsumsi perak untuk panel fotovoltaik diperkirakan mencapai puncaknya tahun depan.
Sumber : investor.id
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()