- Harga gandum Chicago naik tipis setelah menyentuh level terendah lima tahun, didorong oleh munculnya permintaan dan pelemahan dolar AS, meski tertahan oleh pasokan global yang melimpah.
- Harga jagung dan kedelai relatif stabil seiring panen di AS yang menambah suplai, sementara ketegangan dagang AS-China membebani prospek ekspor pertanian.
- Harapan kesepakatan dagang memudar akibat eskalasi konflik, dan penutupan sebagian pemerintahan AS menghambat rilis data penting, menambah ketidakpastian pasar.
Ipotnews -- Gandum berjangka Chicago menguat, Rabu, didorong permintaan yang muncul setelah harga menyentuh titik terendah dalam lima tahun. Namun, kenaikan tersebut dibatasi oleh pasokan global yang masih melimpah.
Sementara itu, harga jagung dan kedelai cenderung stabil, seiring dengan panen yang terus berlangsung di Amerika Serikat, menambah suplai baru ke pasar, demikian laporan Reuters, di Canberra, Rabu (15/10).
Ketegangan dagang yang kembali meningkat antara Washington dan Beijing juga terus membebani pasar. Pelaku pasar semakin pesimistis China akan melanjutkan pembelian komoditas pertanian dari AS.
Presiden Donald Trump, Selasa, menyebut boikot China terhadap kedelai Amerika sebagai "tindakan permusuhan ekonomi" yang menurutnya dapat menyebabkan AS mengakhiri beberapa hubungan dagang dengan negara tersebut.
Di sisi lain, pelemahan dolar AS, Rabu, memberikan sedikit dukungan bagi harga komoditas Amerika, karena membuatnya lebih murah bagi pembeli dari negara lain dengan mata uang berbeda.
Kontrak gandum paling aktif di Chicago Board of Trade ( CBOT ) naik 0,1% menjadi USD500,50 per bushel pada pukul 12.52 WIB. Jagung turun 0,1% ke posisi USD412,75 per bushel, sementara kedelai bertambah 0,1% jadi USD1.007 per bushel.
Harga ketiga komoditas utama ini bergerak mendatar selama satu hingga dua tahun terakhir, berada di kisaran harga terendah sejak 2020. Pasokan global yang berlimpah telah mengikis lonjakan harga yang terjadi pada 2021 dan 2022.
Selasa, harga gandum sempat jatuh ke titik terendah lima tahun di USD492,25 per bushel, sementara jagung menyentuh level terendah tujuh minggu di USD409,25 per bushel.
"Ada harapan akan tercapai kesepakatan dagang dengan China yang akan mendorong pembelian gandum dan kedelai Amerika," kata analis Commonwealth Bank, Dennis Voznesenski. "Namun, dengan eskalasi baru-baru ini, harapan itu tampaknya semakin menipis."
Dia menambahkan bahwa penolakan China terhadap produk AS turut melemahkan posisi harga CBOT sebagai indikator global. "Harga CBOT kini semakin bersifat lokal. Jika harga di Amerika turun, itu belum tentu diikuti oleh pasar lain," ujarnya.
Meski demikian, harga gandum AS yang rendah membantu mendorong ekspor negara tersebut melampaui capaian musim lalu. Bahkan, dana investasi yang selama Oktober banyak melakukan aksi jual, beralih menjadi net buyer pada Selasa.
Namun, penutupan sebagian pemerintahan AS yang masih berlangsung menghambat publikasi data penting terkait ekspor, permintaan, dan perkembangan panen. Ketidakpastian ini membuat pelaku pasar enggan melakukan transaksi dalam jumlah besar. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
        Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
        



Tải thất bại ()