Amerika-China Memanas, Logam Kuning Lampaui USD4.200 untuk Kali Pertama

• Harga emas tembus rekor tertinggi USD4.200 per ons akibat meningkatnya ketegangan dagang AS-China dan spekulasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
• Pernyataan dovish Chairman Fed Jerome Powell dan penutupan pemerintahan AS memperkuat ekspektasi pelonggaran moneter, mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai.
• Reli emas didorong faktor geopolitik, aksi spekulatif, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral, sementara logam mulia lain seperti perak, platinum, dan paladium juga ikut menguat.

Ipotnews -- Harga emas kembali mencatat rekor tertinggi, Rabu, menembus level psikologis USD4.200 untuk kali pertama, seiring memanasnya ketegangan perdagangan AS-China yang memperburuk ketidakpastian global, di samping meningkatnya spekulasi akan pemangkasan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut.
Emas spot melonjak 1,36% menjadi USD4.199,21 per ons pada pukul 14.09 WIB, setelah menyentuh level tertinggi sepanjang masa USD4.200,11, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Bengaluru, Rabu (15/10).
Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat untuk kontrak pengiriman Desember menguat 1,31% jadi USD4.217,80 per ons.
Analis StoneX, Matt Simpson, mengatakan pernyataan dovish dari Chairman Fed Jerome Powell serta berlanjutnya penutupan pemerintahan (government shutdown) Amerika menjadi faktor utama yang mempercepat kenaikan harga emas.
"Shutdown pemerintah Amerika dan nada hati-hati dari Powell menjadi katalis terbaru bagi lonjakan harga emas," ujar Simpson.
Dalam pernyataannya, Powell mengakui bahwa pasar tenaga kerja AS masih lemah, meskipun kondisi ekonomi menunjukkan sedikit perbaikan dibandingkan perkiraan sebelumnya. Dia menegaskan, keputusan suku bunga akan dibuat secara "rapat per rapat", mempertimbangkan ketidakseimbangan antara lemahnya pasar tenaga kerja dan inflasi yang masih tinggi.
Pelaku pasar kini memproyeksikan kemungkinan besar adanya pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Oktober dan Desember.
Logam kuning, sebagai aset tanpa imbal hasil, cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah dan di tengah ketidakpastian politik maupun ekonomi.
Sejauh tahun ini, harga emas meroket hingga 59%, ditopang oleh berbagai faktor, seperti ketegangan geopolitik, ekspektasi pelonggaran moneter, aksi beli besar-besaran oleh bank sentral, tren dedolarisasi, dan arus masuk yang kuat ke reksa dana (ETF) berbasis emas.
Simpson menambahkan, reli harga emas saat ini juga didorong aksi spekulatif. "Reli ini juga berubah menjadi momentum trade, di mana trader ikut masuk hanya karena khawatir tertinggal oleh kenaikan harga," jelasnya.
Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump, Selasa, menyatakan pemerintahannya sedang mempertimbangkan pemutusan sebagian hubungan dagang dengan China, termasuk pada sektor minyak goreng. Kedua negara mulai memberlakukan tarif pelabuhan balasan sejak Selasa.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan proyeksi pertumbuhan global 2025, menyebut kondisi tarif dan keuangan yang lebih baik dari perkiraan. Namun, IMF juga memperingatkan ketegangan dagang yang kembali memanas antara AS dan China bisa membebani pertumbuhan ekonomi global ke depan.
Logam lainnya, harga perak juga mencatat kenaikan tajam, melejit 1,9% jadi USD52,43 per ons, mengikuti reli emas dan terbantu pasokan yang ketat di pasar spot. Sehari sebelumnya, perak menyentuh rekor tertinggi di USD53,60.
Platinum naik 0,8% menjadi USD1.644,49, sedangkan paladium menguat 0,8% ke posisi USD1.537,19. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin