- Harga minyak turun ke level terendah lima bulan, dengan Brent di USD61,91 dan WTI di USD58,27 per barel, akibat ketegangan dagang AS-China dan kekhawatiran kelebihan pasokan.
 - IEA memproyeksikan surplus minyak global hingga 4 juta barel per hari pada 2026, didorong peningkatan produksi OPEC + dan lemahnya permintaan.
 - Bank of America memperingatkan Brent bisa jatuh di bawah USD50, sementara Inggris menjatuhkan sanksi baru pada Lukoil, Rosneft, dan 51 kapal tanker Rusia.
 
Ipotnews - Harga minyak melemah, Rabu, mencatat level penutupan terendah dalam lima bulan terakhir akibat meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika dan China, serta proyeksi International Energy Agency (IEA) mengenai potensi kelebihan pasokan minyak global pada 2026.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 48 sen atau 0,8% menjadi USD61,91 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Rabu (15/10) atau Kamis (16/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut 43 sen atau 0,7% menjadi USD58,27 per barel. Keduanya menandai penurunan dua hari beruntun ke posisi terendah sejak 7 Mei 2025.
Bank of America memperingatkan harga Brent bisa jatuh di bawah USD50 per barel jika ketegangan dagang Amerika-China semakin memanas, sementara produksi dari aliansi OPEC + terus meningkat.
Ketegangan baru antara dua konsumen minyak terbesar dunia itu muncul setelah Amerika dan China saling mengenakan biaya tambahan di pelabuhan untuk kapal pengangkut barang di antara kedua negara. Langkah balasan ini berpotensi mengganggu arus perdagangan global.
Pekan lalu, China mengumumkan pengetatan ekspor logam tanah jarang (rare earth), sementara Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor terhadap barang-barang asal China hingga 100% dan memperketat ekspor perangkat lunak mulai 1 November.
Meski demikian, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa Washington tidak bermaksud memperburuk konflik perdagangan dan menyebut Trump siap bertemu Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini.
Dari sisi ekonomi makro, tekanan deflasi di China masih berlanjut dengan penurunan harga konsumen dan produsen sepanjang September, ditambah pelemahan sektor properti yang berkepanjangan.
Gubernur Fed Stephen Miran menilai ketegangan dagang Amerika-China yang kembali mencuat menjadi risiko serius bagi prospek ekonomi, dan menegaskan pentingnya pemangkasan suku bunga acuan untuk menopang pertumbuhan serta permintaan energi.
Sementara itu, data awal dari Federal Reserve Chicago menunjukkan penjualan ritel Amerika (tidak termasuk otomotif dan suku cadang) meningkat pada September, meski sebagian kenaikan didorong oleh harga yang lebih tinggi.
Dari sisi pasokan global, IEA memperkirakan pasar minyak dunia dapat menghadapi surplus hingga 4 juta barel per hari pada 2026, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Kelebihan pasokan ini disebabkan peningkatan produksi dari negara-negara OPEC + dan lemahnya pertumbuhan permintaan.
OPEC + mencakup anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya seperti Rusia dan Azerbaijan.
Dalam perkembangan lain, Inggris pada Rabu menjatuhkan sanksi baru terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia, Lukoil dan Rosneft, serta terhadap 51 kapal tanker shadow fleet yang dituduh membantu Moskow menghindari embargo energi. Langkah ini bertujuan memperketat tekanan ekonomi dan memangkas pendapatan minyak Rusia di tengah perang Ukraina.
Rusia sendiri merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Amerika pada 2024, menurut data energi AS. Sanksi tambahan berpotensi menahan sebagian pasokan minyak Rusia keluar dari pasar global.
Dari Azerbaijan, produksi minyak tercatat merosot 4,2% menjadi 20,7 juta ton metrik pada periode Januari-September, dari 21,6 juta ton pada periode yang sama tahun lalu, menurut data Kementerian Energi negara tersebut.
Stok Amerika
Asosiasi perdagangan American Petroleum Institute (API) dan Badan Informasi Energi (EIA) AS dijadwalkan merilis data stok minyak mingguan masing-masing pada Rabu dan Kamis, sehari lebih lambat dari jadwal biasa karena libur Columbus Day/Indigenous Peoples' Day, Senin.
Analis memperkirakan persediaan minyak mentah AS meningkat sekitar 0,3 juta barel pekan lalu. Jika akurat, ini akan menjadi peningkatan persediaan selama tiga pekan berturut-turut untuk pertama kalinya sejak April, dibandingkan penurunan 2,2 juta barel pada periode yang sama tahun lalu dan rata-rata kenaikan 1,1 juta barel dalam lima tahun terakhir (2020-2024). (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
        Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
        


Tải thất bại ()