Greenback Loyo, Terpukul Tensi Dagang AS–China dan Sinyal Pelonggaran The Fed

avatar
· Views 31
  • Dolar melemah tiga sesi beruntun akibat ketegangan AS-China dan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed.
  • Euro dan yen menguat, sementara dolar Australia tertekan oleh naiknya pengangguran.
  • Yuan China melesat ke level tertinggi dua pekan di tengah ketidakpastian ekonomi AS.

Ipotnews - Dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama, Kamis, menandai penurunan selama tiga sesi berturut-turut di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China serta ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Mata uang Negeri Paman Sam itu merosot 0,49% menjadi 0,793 terhadap franc Swiss, sementara Indeks Dolar AS (Indeks DXY) -- yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama -- turun 0,33% ke posisi 98,35, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (16/10) atau Jumat (17/10) pagi WIB.
Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun bertahan di kisaran sedikit di atas 4%, mendekati level terendah beberapa minggu terakhir, menambah tekanan bagi dolar.
Ketegangan antara Washington dan Beijing kembali meningkat setelah China menolak seruan Gedung Putih untuk mencabut pembatasan ekspor mineral tanah jarang, dan menuduh Amerika "menyebarkan kepanikan" atas kebijakan tersebut.
"Narasi utama pasar tetap berpusat pada ketegangan perdagangan AS-China," kata Matt Weller, Kepala Riset Pasar StoneX. "Tampaknya China tengah meningkatkan tekanan menjelang pertemuan Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump akhir bulan ini. Pertanyaannya, apakah itu hanya strategi negosiasi atau sinyal menuju pemisahan ekonomi yang lebih dalam."
Selain faktor geopolitik, komentar dari pejabat the Fed turut membebani dolar. Gubernur Fed Christopher Waller menyatakan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga tambahan pada pertemuan kebijakan akhir bulan ini, mengingat kondisi pasar tenaga kerja yang menunjukkan sinyal variatif.
Sementara itu, anggota baru Dewan Gubernur, Stephen Miran, kembali menegaskan pandangan untuk langkah pemangkasan suku bunga yang lebih agresif pada 2025 dibandingkan rekan-rekannya.
Laporan Beige Book Fed juga memberikan sinyal pelemahan ekonomi, dengan meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) serta penurunan pengeluaran rumah tangga kelas menengah dan bawah.
Weller menambahkan bahwa pasar saat ini berada dalam "fase menunggu," di tengah ketidakpastian akibat penutupan sebagian pemerintahan AS yang diperkirakan berlangsung hingga 40 hari. "Dampaknya terhadap ekonomi bersifat eksponensial semakin lama shutdown terjadi. Dikombinasikan dengan ketegangan AS-China, kondisi ini membuat pelaku pasar berada dalam posisi sulit," ujarnya.
Dari Eropa, situasi politik Prancis turut memengaruhi pasar mata uang. Perdana Menteri Sebastien Lecornu berhasil lolos dari dua mosi tidak percaya di parlemen, memberi napas bagi pemerintahan barunya untuk menyusun anggaran bagi ekonomi terbesar kedua zona euro itu.
Keputusan Lecornu untuk menangguhkan reformasi pensiun Presiden Emmanuel Macron turut meredakan kekhawatiran investor. Euro pun menguat 0,36% ke posisi tertinggi satu pekan di USD1,1688.
Dari Asia, yen Jepang menguat setelah pejabat Bank of Japan, Seiichi Shimizu, menegaskan perlunya kehati-hatian dalam proses normalisasi kebijakan moneter di tengah ketidakpastian ekonomi. Dolar melemah 0,46% terhadap yen menjadi 151,35.
Di Australia, dolar Aussie turun 0,48% ke USD0,6479 setelah data menunjukkan tingkat pengangguran mencapai level tertinggi hampir empat tahun pada September, memperkuat spekulasi pemangkasan suku bunga lanjutan.
Analis Goldman Sachs memperkirakan Reserve Bank of Australia (RBA) akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan November, sejalan dengan sinyal Gubernur Michele Bullock bahwa siklus pelonggaran moneter hampir berakhir.
Sementara itu, yuan China melesat ke level tertinggi dua pekan terhadap dolar setelah bank sentral menetapkan kurs tengah harian terkuat dalam setahun. Yuan terakhir diperdagangkan naik 0,09% jadi 7,124 per dolar AS. Sebaliknya, dolar Selandia Baru (kiwi) sedikit melemah 0,02% menjadi USD0,5722.
Kombinasi dari ketegangan geopolitik, ekspektasi pelonggaran moneter, dan ketidakpastian fiskal akibat penutupan pemerintahan AS terus menekan dolar, sementara pasar global menanti arah kebijakan selanjutnya dari the Fed dan perkembangan hubungan ekonomi dua kekuatan terbesar dunia. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest