Kekhawatiran Oversupply Bayangi Pasar, Minyak Jatuh ke Level Terendah Sejak Mei

avatar
· Views 10
  • Harga minyak jatuh ke level terendah sejak awal Mei, dengan Brent turun 0,46% ke USD61,01 per barel dan WTI melemah 0,03% ke USD57,52, tertekan kekhawatiran kelebihan pasokan global serta tensi dagang AS-China.
  • Struktur harga kontrak berjangka beralih ke contango, menandakan pasar mengantisipasi kelebihan pasokan hingga 2026, didorong laporan IEA dan meningkatnya penyimpanan minyak.
  • Ketegangan perdagangan AS-China dan ketidakpastian pasokan Rusia memperburuk sentimen, sementara peningkatan jumlah rig Amerika menambah tekanan terhadap harga minyak.

Ipotnews -- Harga minyak melemah, Senin, mencapai posisi terendah sejak awal Mei, seiring meningkatnya ketakutan terhadap potensi kelebihan pasokan global (oversupply) di tengah memanasnya ketegangan dagang Amerika-China dan kekhawatiran perlambatan ekonomi yang dapat menekan permintaan energi.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 28 sen atau 0,46% menjadi USD61,01 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Houston, Senin (20/10) atau Selasa (21/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melemah tipis 2 sen atau 0,03% jadi USD57,52 per barel. Kedua acuan harga sempat merosot lebih dari USD1 di awal sesi dan mengakhiri perdagangan di posisi terendah sejak awal Mei.
Kekhawatiran pelaku pasar minyak kini beralih dari isu kekurangan pasokan menuju risiko kelebihan suplai, sebagaimana tercermin dalam struktur kontrak berjangka Brent global.
Struktur harga enam bulan ke depan menunjukkan kontrak pengiriman jangka pendek diperdagangkan lebih rendah dibanding pengiriman jangka panjang -- kondisi yang disebut contango, yang mendorong pelaku pasar untuk menyimpan minyak sementara demi menjualnya dengan harga lebih tinggi di masa mendatang.
Kondisi contango pada Brent, yang pertama kali muncul sejak Mei lalu, kini berada pada level terlebar sejak Desember 2023, sementara pada WTI, contango muncul untuk pertama kalinya sejak Januari 2024.
"Kekhawatiran kelebihan pasokan kini membayangi pasar, terutama dengan proyeksi menuju 2026. Kita akan mulai melihat peningkatan penyimpanan minyak di kapal dan tangki darat," ujar John Kilduff, partner di Again Capital.
"Ini merupakan sentimen bearish yang belum kita lihat dalam waktu cukup lama," tambahnya.
Kedua acuan minyak dunia juga merosot lebih dari 2% pekan lalu, mencatat penurunan mingguan ketiga berturut-turut, sebagian akibat proyeksi Badan Energi Internasional (IEA) yang memperkirakan terjadinya kelebihan pasokan besar pada 2026.
Sebelumnya, sebagian besar tahun ini pasar berada dalam kondisi sebaliknya, yaitu backwardation, di mana harga kontrak jangka pendek lebih tinggi dari kontrak jangka panjang -- mencerminkan persepsi akan pasokan yang ketat dan permintaan kuat.
Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia, kembali memperuncing perang dagang dengan saling mengenakan biaya tambahan di pelabuhan bagi kapal yang mengangkut kargo antar kedua negara. Langkah balasan ini dikhawatirkan mengganggu arus perdagangan global.
Kepala Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pekan lalu memperingatkan bahwa pemutusan hubungan ekonomi (decoupling) antara dua ekonomi terbesar dunia itu dapat mengurangi output ekonomi global hingga 7% dalam jangka panjang.
Sementara itu, sentimen pasar sedikit terbantu oleh kabar bahwa kelompok lobi bisnis AS -- yang mencakup perusahaan besar seperti Oracle, Amazon, dan Exxon Mobil -- mendesak pemerintahan Presiden Donald Trump untuk menangguhkan aturan ekspor baru yang dinilai menghentikan miliaran dolar ekspor Amerika dan dapat mendorong China serta negara lain untuk meninggalkan rantai pasok perusahaan-perusahaan AS.
Di sisi geopolitik, Trump menegaskan kembali bahwa AS akan mempertahankan tarif besar terhadap India kecuali negara itu berhenti membeli minyak Rusia, menambah ketidakpastian atas arah pasokan energi global.
Terkait pasokan, Baker Hughes melaporkan perusahaan energi AS menambah jumlah rig minyak dan gas untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir, menandakan potensi kenaikan produksi.
Menurut analis Gelber and Associates, pasar saat ini berada pada "masa bahu" antara musim panas dan dingin, ditandai dengan pemeliharaan kilang, melemahnya margin produk olahan, dan penantian data stok minyak mingguan AS.
Tekanan tambahan muncul dari ekspektasi bahwa persediaan minyak mentah AS melonjak sekitar 1,5 juta barel pada pekan yang berakhir 17 Oktober, menurut jajak pendapat awal  Reuters  menjelang rilis data resmi minggu ini. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest