- Dolar naik versus yen, didorong fokus pasar pada politik Jepang setelah Sanae Takaichi hampir pasti menjadi perdana menteri perempuan pertama; ekspektasi ekspansi fiskal dari pemerintahan baru menekan yen.
- Euro bergerak stabil, dibantu meredanya ketegangan politik Prancis, sementara kekhawatiran investor terhadap risiko fiskal negara itu masih bertahan.
- Indeks DXY menguat, didukung redanya kekhawatiran kredit bank regional dan optimisme terhadap ekonomi, meski risiko dari penutupan pemerintahan dan ketegangan AS-China masih membayangi.
Ipotnews - Dolar AS menguat terhadap yen, Senin, seiring fokus investor beralih ke perkembangan politik di Jepang dan kawasan Eropa, sementara kekhawatiran terhadap risiko kredit di Amerika Serikat masih membayangi.
Yen melemah setelah politikus konservatif garis keras Sanae Takaichi hampir dipastikan menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang usai memenangkan pemungutan suara parlemen secara telak, demikian laporan Reuters, di New York, Senin (20/10) atau Selasa (21/10) pagi WIB.
Kemenangan Takaichi, yang didukung koalisi baru dengan Japan Innovation Party berhaluan kanan, memunculkan kekhawatiran di kalangan investor terkait potensi ekspansi fiskal yang dapat menekan nilai yen.
"Pelaku pasar kini akan mencermati dengan saksama rencana fiskal apa yang bakal disusun oleh pemerintahan koalisi baru tersebut," ujar Lee Hardman, ekonom MUFG .
Dolar AS tercatat naik 0,08% menjadi 150,71 yen.
Namun, pernyataan anggota dewan Bank of Japan (BOJ), Hajime Takata, yang kembali menyerukan kenaikan suku bunga setelah menentang keputusan mempertahankan tingkat bunga pada September, memberikan sedikit dukungan bagi yen.
Indeks saham acuan Jepang, Nikkei, ditutup melejit lebih dari 3%, mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. BOJ dijadwalkan memutuskan kebijakan moneter berikutnya pada 30 Oktober, dengan probabilitas kenaikan suku bunga seperempat poin berada di 23%, menurut data LSEG .
Sementara itu, euro bergerak sedikit lebih tinggi terhadap dolar di tengah meredanya ketegangan politik di Prancis, meski investor tetap berhati-hati.
Keputusan pemerintah Prancis menunda reformasi pensiun memberikan jeda sementara bagi stabilitas politik, namun belum sepenuhnya menghapus risiko pasar terhadap euro.
Euro terakhir melemah 0,06% ke posisi USD1,164.
Dari Amerika Serikat, indeks saham utama Wall Street ditutup menguat setelah Presiden Donald Trump mengatakan bahwa rencana tarif 100% terhadap China tidak akan berkelanjutan, sementara laporan keuangan positif dari bank regional turut menenangkan kekhawatiran kredit.
Setelah pekan yang bergejolak akibat laporan kredit macet dan kasus penipuan di beberapa bank regional AS, investor kini menantikan kinerja keuangan berikutnya untuk menilai apakah tekanan tersebut bersifat meluas.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama dunia, naik 0,053% ke level 98,587, setelah sempat menyentuh 98,025 pada Jumat -- posisi terendah sejak 6 Oktober.
"Bahaya langsung tampaknya sudah mereda karena investor meyakini bahwa kasus kebangkrutan, kredit bermasalah, dan tuduhan penipuan tersebut merupakan kejadian terisolasi, bukan tanda dari keretakan sistemik di sektor perbankan," ujar David Morrison, analis Trade Nation.
Meski begitu, sejumlah ekonom menilai ketahanan dolar akan diuji dari berbagai sisi.
"Pertama, penutupan sebagian pemerintahan (government shutdown) AS telah menekan aktivitas ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung," ujar Klaus Baader, Kepala Ekonom Societe Generale Corporate and Investment Banking (SGCIB).
Dia menambahkan bahwa ketegangan dagang AS-China menjadi faktor utama kedua, sementara tarif impor yang telah berlaku terus membebani pendapatan riil rumah tangga dan margin korporasi.
Dalam laporan terpisah, Barclays memperkirakan penutupan pemerintahan AS berpotensi berlanjut hingga November, seiring belum adanya pemicu jelas untuk mengakhiri kebuntuan politik tersebut.
Dari kawasan Asia-Pasifik, dolar Australia menguat 0,48% ke posisi USD0,652 setelah data ekonomi dari mitra dagang utamanya, China, menunjukkan ketahanan terhadap tekanan tarif Amerika.
Data resmi memperlihatkan ekonomi China tumbuh 1,1% pada kuartal ketiga, melampaui perkiraan, dengan output industri naik 6,5%. Meski pertumbuhan tahunan sebesar 4,8% menjadi yang paling lambat dalam setahun terakhir, laju tersebut tetap menjaga China di jalur untuk mencapai target ekspansi sekitar 5% pada 2025. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()