- Rupiah menguat tipis ke level Rp16.571 per dolar AS pada Selasa (21/10) pagi, naik 4 poin (0,02%) dibanding penutupan sebelumnya, seiring ekspektasi meredanya perang dagang AS-China.
- Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan penguatan rupiah terbatas karena investor menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur BI dan data inflasi AS; kisaran kurs diproyeksi Rp16.500-Rp16.600 per dolar AS.
- Ekonomi China tumbuh 4,8% pada kuartal III-2025, sedikit di atas ekspektasi, didukung produksi industri yang naik 6,5%, meski penjualan ritel dan investasi melambat.
Ipotnews - Ekspektasi pelaku pasar terhadap meredanya perang dagang Amerika Serikat dengan China, diperkirakan membuat nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar hari ini.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (21/10) pukul 09.21 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.571 per dolar AS, posisi tersebut menguat 4 poin atau 0,02% dibandingkan akhir perdagangan Senin sore (20/10) di level Rp16.575 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan kurs rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS di tengah harapan investor akan meredanya tensi perang dagang China dengan AS. "Kedua delegasi akan bertemu segera dan Trump akan bertemu Xi Jinping minggu depan," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Namun penguatan kurs rupiah akan terbatas mengingat investor wait and see menantikan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Rabu besok dan data inflasi AS pada akhir pekan ini. "Range kurs rupiah diperkirakan di kisaran Rp16.500 - Rp16.600 per dolar AS," ujar Lukman.
Presiden Donald Trump mencantumkan logam tanah jarang, fentanil, dan kedelai sebagai isu utama AS dengan China menjelang kedua belah pihak kembali ke meja perundingan dan saat gencatan senjata perdagangan yang rapuh hampir berakhir.
"Saya tidak ingin mereka mempermainkan logam tanah jarang dengan kami," kata Trump di Air Force One pada Minggu saat ia kembali ke Washington dari Florida. Beberapa hari sebelumnya, pemimpin AS itu mengancam akan mengenakan tarif 100% pada kiriman China setelah Beijing berjanji akan memperluas kontrol terhadap mineral-mineral tersebut.
Mengenai data pertumbuhan ekonomi China, menurut Lukman walau menurun namun masih sesuai ekspektasi. Sedangkan data produksi industri dan penjualan ritel, jauh lebih kuat dari perkiraan.
"Secara umum ini adalah data yang bagus, menunjukkan resiliensi ekonomi China terhadap perang tarif Trump," ujar Lukman.
Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 4,8% pada tiga bulan hingga September dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, turun dari 5,2% pada kuartal sebelumnya, menurut data Biro Statistik Nasional yang dirilis Senin (20/10). Angka ini sedikit di atas perkiraan median analis yang disurvei oleh Bloomberg, yakni 4,7%.
Penjualan ritel hanya meningkat 3%, laju pertumbuhan paling lambat sejak November tahun lalu, sementara investasi aset tetap turun 0,5% dalam sembilan bulan pertama tahun ini -- kontraksi pertama sejak 2020. Meski begitu, perlambatan ekonomi tersebut sedikit tertahan oleh peningkatan mengejutkan di sektor industri, yang tumbuh 6,5% dan melampaui seluruh perkiraan ekonom.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()