Pasar Khawatirkan Kelebihan Pasokan Global, Minyak Teruskan Pelemahan

• Harga Brent dan WTI melemah dua hari beruntun karena kekhawatiran pasokan melimpah dan risiko penurunan permintaan akibat ketegangan dagang AS-China.
• Pasar minyak menunjukkan pola contango, menandakan kelebihan pasokan jangka pendek, didukung keputusan OPEC + menambah produksi dan prediksi surplus global hingga 2026.
• Harga minyak berpotensi rebound jika pertemuan Trump-Xi minggu depan menghasilkan kesepakatan perdagangan, meski pasar tetap waspada menunggu data inventaris minyak terbaru dari AS.

Ipotnews - Harga minyak kembali melemah untuk hari kedua, Selasa, dipengaruhi kekhawatiran pasar atas pasokan yang melimpah serta risiko penurunan permintaan akibat ketegangan perdagangan antara Amerika dan China, dua konsumen minyak terbesar di dunia.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 22 sen atau 0,36% menjadi USD60,79 per barel pada pukul 14.57 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Bengaluru, Selasa (21/10).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November, yang akan kedaluarsa Selasa, melemah 29 sen atau 0,5% menjadi USD57,23 per barel. Kontrak Desember yang lebih aktif menyusut 31 sen atau 0,54% ke posisi USD56,71 per barel.
Harga minyak tersungkur ke level terendah sejak awal Mei pada sesi Senin, karena kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia seiring eskalasi sengketa dagang Amerika-China.
Kondisi pasar minyak menunjukkan pola contango, di mana harga untuk pasokan segera lebih rendah dibandingkan pengiriman di masa depan. Pola ini menandakan pasokan jangka pendek melimpah dan permintaan menurun.
Tekanan harga juga diperparah oleh keputusan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya ternasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC +, untuk menambah pasokan minyak ke pasar.
Analis memprediksi surplus minyak global yang signifikan tahun ini dan tahun depan. Badan Energi Internasional (IEA) pekan lalu memperkirakan kelebihan pasokan mencapai hampir 4 juta barel per hari pada 2026.
Analis Haitong Securities China menyatakan, "Pelemahan struktur spread bulanan Brent menunjukkan tekanan dari kelebihan pasokan di pasar minyak mulai terlihat nyata. Hal ini menurunkan ekspektasi pasar dan membatasi keinginan investor untuk membeli, sehingga membatasi potensi rebound harga minyak."
Sentimen negatif ini diperkirakan berlanjut hingga 2026, dengan analis Goldman Sachs memperkirakan harga Brent bisa jatuh ke USD52 per barel pada kuartal keempat tahun depan.
Goldman mengaitkan penurunan harga pekan lalu dengan data satelit yang menunjukkan surplus minyak global, serta laporan inventaris dari IEA dan Energy Information Administration (EIA) Amerika.
Meski demikian, peluang perbaikan harga masih terbuka jika AS dan China mencapai kesepakatan lebih luas dalam sengketa perdagangan mereka.
Harapan itu tertuju pada pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan minggu depan di Korea Selatan. Namun, sejumlah isu seperti tarif, teknologi, dan akses pasar masih belum terselesaikan.
Analis Haitong Securities, Yang An, mengatakan, "Selama tidak ada berita negatif baru, harga minyak cenderung memiliki kebutuhan alami untuk rebound dari kondisi oversold. Jika ada ekspektasi perbaikan dalam pembicaraan ekonomi dan perdagangan AS-China, kemungkinan rebound akan meningkat."
Secara keseluruhan, pasar masih waspada menunggu data inventaris minyak terbaru. Survei awal  Reuters  menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS kemungkinan naik pekan lalu, menunggu laporan mingguan dari American Petroleum Institute dan EIA. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin