Investor Cermati Sinyal Pasokan, Minyak Bangkit dari Level Terendah Lima Bulan

• Harga minyak naik sekitar 0,5%, dengan Brent di USD61,32 per barel dan WTI di USD57,82, rebound dari level terendah lima bulan setelah investor menilai ulang kekhawatiran oversupply dan menanti kejelasan soal sengketa dagang AS-China.
• Analis menilai pasar minyak saat ini masih kelebihan pasokan, namun belum dalam kondisi surplus besar; struktur harga mulai bergeser ke contango, menandakan pasokan jangka pendek melimpah dan permintaan melemah.
• Persediaan minyak Amerika diperkirakan meningkat, sementara pemerintah AS berencana membeli 1 juta barel untuk cadangan strategis.

Ipotnews - Harga minyak menguat, Selasa, memantul dari level terendah lima bulan pada sesi sebelumnya, seiring investor menilai kembali ekspektasi akan kemungkinan kelebihan pasokan dan mencari kejelasan mengenai sengketa perdagangan antara Amerika dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 31 sen, atau 0,5%, menjadi USD61,32 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (21/10) atau Rabu (22/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman November, yang berakhir pada penutupan Selasa, meningkat 30 sen, atau 0,5%, menjadi USD57,82 per barel.
Kedua kontrak tersebut mencapai level terendah sejak awal Mei, Senin, karena rekor produksi minyak AS dan keputusan Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutunya untuk melanjutkan rencana kenaikan pasokan meningkatkan ekspektasi kelebihan pasokan (oversupply).
Namun, persediaan minyak mentah dan bahan bakar distilat Amerika yang relatif rendah membantu mengatasi sebagian tekanan pada harga acuan minyak, ungkap Bjarne Schieldrop, Kepala Analis Komoditas SEB.
Perselisihan perdagangan AS-China juga meningkatkan antisipasi bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan menekan permintaan minyak. Namun, kedua belah pihak berupaya untuk meredam perselisihan tersebut.
Presiden AS Donald Trump, yang dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan minggu depan, mengatakan bahwa dia berharap dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dengan mitranya.
Struktur harga kontrak berjangka Brent dan WTI mulai menunjukkan pola contango, yakni kondisi di mana harga pengiriman segera lebih rendah dibandingkan harga pengiriman jangka panjang. Pola ini biasanya menandakan suplai jangka pendek melimpah sementara permintaan melemah.
Namun, pelaku pasar masih memperdebatkan seberapa dalam pola contango tersebut akan terbentuk. Badan Energi Internasional (IEA) pada awal bulan ini memperkirakan kelebihan pasokan tahun depan dapat memunculkan "super contango", yaitu kemiringan kurva harga berjangka yang sangat tajam. Namun, kondisi itu belum tampak sejauh ini, menurut analis UBS Giovanni Staunovo.
"Meski kekhawatiran pasokan meningkat dalam beberapa pekan terakhir, kami menilai pasar minyak saat ini masih kelebihan pasokan namun belum dalam kondisi surplus besar," tulis Staunovo. Dia menambahkan, harga kemungkinan akan stabil di kisaran saat ini, meski potensi tekanan baru dapat muncul bila ketegangan dagang meningkat.
Sementara itu, jajak pendapat awal  Reuters , Senin, memperkirakan stok minyak mentah AS kembali meningkat pekan lalu. "Kenyataannya, akumulasi persediaan mulai terlihat dan harga kemungkinan akan bergerak turun, memperdalam struktur contango di pasar," kata Scott Shelton, analis TP ICAP Group.
Dalam laporan terpisah,  Bloomberg  mengabarkan bahwa pemerintah AS berencana membeli 1 juta barel minyak mentah untuk Strategic Petroleum Reserve. (Reuters/AI)

Sumber : Admin