- Dolar AS stabil setelah reli tiga hari, sementara pound melemah usai data inflasi Inggris meleset dari ekspektasi, meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga BoE akhir tahun ini.
- Yen menguat terhadap dolar meski tetap tertekan sepanjang Oktober; pasar mencermati kebijakan ekonomi PM baru Jepang, Sanae Takaichi, dan potensi stimulus fiskal besar.
- Indeks DXY nyaris tidak berubah di 99,01; ketidakpastian politik AS dan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed tetap menjadi penggerak utama pasar global.
Ipotnews -- Dolar AS relatif stabil terhadap sekeranjang mata uang utama, Rabu, setelah mengalami kenaikan selama tiga hari berturut-turut.
Sementara itu, poundsterling menjadi mata uang utama yang paling lemah hari ini, setelah data menunjukkan inflasi Inggris periode September berada di posisi 3,8 persen, lebih rendah dari perkiraan pasar dan Bank of England (BoE).
Sterling turun 0,4 persen terhadap dolar menjadi USD1,3318 dan melemah 0,3 persen versus euro ke posisi 87,04 pence, demikian laporan Reuters, di London, Rabu (22/10).
Kinerja ini dipengaruhi ekspektasi pasar bahwa Bank of England mungkin akan memangkas suku bunga paling cepat pada akhir tahun, dengan peluang 75 persen menurut perhitungan pasar berjangka.
Analis ING, Francesco Pesole, menyebut lemahnya data inflasi menantang pandangan hawkish BoE yang sebelumnya memprediksi tekanan harga akan tetap tinggi.
Dia menilai pemangkasan suku bunga Desember lebih memungkinkan dibandingkan bulan depan, mengingat penyusunan anggaran pemerintah masih berjalan.
Sementara itu, yen Jepang menguat terhadap dolar setelah sebelumnya menyentuh titik terendah dalam satu minggu, Selasa. Dolar AS terakhir tercatat melemah 0,1 persen ke posisi 151,85 yen. Mata uang Jepang itu kehilangan 2,5 persen nilainya sepanjang Oktober, mencatat penurunan bulanan terbesar terhadap dolar sejak Juli lalu.
Pelemahan ini terjadi di tengah ketidakpastian kebijakan ekonomi yang dipicu oleh naiknya Sanae Takaichi sebagai perdana menteri baru.
Takaichi, yang dikenal sebagai pendukung kebijakan fiskal dan moneter longgar, tengah mempersiapkan paket stimulus ekonomi yang diperkirakan melebihi 13,9 triliun yen (USD92,19 miliar) untuk membantu rumah tangga menghadapi inflasi.
Pernyataan awal Takaichi dinilai pasar sebagai upaya menenangkan fluktuasi pasar dan tidak memperparah tekanan terhadap yen. Dia menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap menjadi kewenangan Bank of Japan.
Sementara itu, Menteri Keuangan yang baru, Satsuki Katayama, menyatakan perlunya koordinasi erat antara pemerintah dan bank sentral untuk memastikan efektivitas kebijakan ekonomi.
Bank of Japan dijadwalkan mengumumkan keputusan kebijakan terbarunya pada 30 Oktober. Saat ini, kontrak berjangka menunjukkan kemungkinan 20 persen kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,75 persen.
Dari sisi pasar global, Indeks Dolar AS (Indeks DXY) -- yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama -- terakhir berada di posisi 99,01, nyaris tidak berubah dari hari sebelumnya setelah mencatatkan kenaikan selama tiga hari.
Ketidakpastian politik di Washington turut mempengaruhi pergerakan pasar. Presiden Donald Trump, Selasa, kembali menolak permintaan dari pemimpin Partai Demokrat untuk mengadakan pertemuan sampai penutupan pemerintahan (government shutdown) AS yang telah berlangsung selama tiga minggu berakhir.
Menurut platform prediksi pasar Polymarket, kemungkinan pemerintah AS tetap tutup hingga 16 November atau lebih kini mencapai 40 persen.
Ketegangan ini menambah kompleksitas bagi Federal Reserve menjelang pertemuan kebijakan moneter pada 29 Oktober. Meski demikian, jajak pendapat Reuters menunjukkan mayoritas ekonom masih memperkirakan the Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pekan depan, dan kembali melakukan pelonggaran pada Desember.
FedWatch Tool CME Group menunjukkan peluang pemangkasan pekan depan sebesar 97,3 persen, sedikit turun dari 99,4 persen sehari sebelumnya.
Sementara itu, euro stabil di level USD1,1597. Kinerja euro tertekan oleh penundaan pertemuan yang direncanakan antara Presiden Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah Moskow menolak seruan gencatan senjata segera dalam konflik yang sedang berlangsung di Ukraina. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.


Tải thất bại ()