Kurs Rupiah Diperkirakan Menguat Tipis Jelang Rilis Data Inflasi AS

avatar
· Views 10
  • Rupiah menguat tipis ke level Rp16.626 per dolar AS pada Jumat pagi (24/10), naik 3 poin atau 0,02% menjelang rilis data inflasi AS September 2025.
  • Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan penguatan rupiah terbatas karena investor menunggu data inflasi AS, dengan proyeksi kurs di kisaran Rp16.550-Rp16.650 per dolar AS.
  • Fokus utama pasar global tertuju pada data CPI AS yang akan menjadi penentu arah kebijakan suku bunga The Fed -- inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi bisa memperkuat dolar dan menekan rupiah.

Ipotnews - Nilai tukar rupiah diperkirakan menguat tipis terhadap dolar, menjelang pengumuman data inflasi Amerika Serikat September 2025 yang akan diumumkan nanti malam.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (24/10) pukul 09.16 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.626 per dolar AS, posisi tersebut menguat 3 poin atau 0,02% dibandingkan akhir perdagangan Kamis sore (23/10) di level Rp16.629 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan perundingan dagang antara delegasi AS dengan China di Malaysia hari ini belum akan terlalu direspons oleh pelaku pasar.
"Hal yang paling dinantikan adalah pertemuan antara Presiden Xi Jinping dengan Presiden Donald Trump yang sangat penting. Namun pertemuan ini hanya klaim dari Gedung Putih, tidak dikonfirmasi oleh Beijing," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews lewat pesan WhatsApp pagi ini.
Lukman memperkirakan rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS yang tertekan setelah data penjualan rumah yang lebih rendah dari perkiraan. "Namun penguatan akan terbatas karena investor wait and see menantikan data inflasi AS yang akan dirilis malam ini setelah tertunda beberapa pekan," ungkap Lukman.
Lukman memprediksi range kurs rupiah hari ini di kisaran Rp16.550 - Rp16.650 per dolar AS.
Fokus utama pasar keuangan global pada akhir pekan ini akan tertuju pada satu data yaitu rilis data inflasi AS bulan lalu yang akan diumumkan malam ini, Jumat.
Data Indeks Harga Konsumen (CPI) ini akan menjadi penentu arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed. Investor tidak hanya akan melihat inflasi utama, tetapi akan membedah angka inflasi inti (Core CPI), yang tidak termasuk harga pangan dan energi.
Angka inti ini dianggap sebagai cerminan terbaik dari tekanan harga yang 'lengket' (sticky inflation), yang menjadi kekhawatiran utama The Fed.
Data ini krusial karena akan menjawab pertanyaan pasar: kapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga? Jika data rilis lebih kuat dari ekspektasi, harapan pemangkasan bunga bisa pupus, memicu penguatan dolar AS dan menekan rupiah.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest