CPO Jatuh ke Level Terendah Tiga Pekan, Terpukul Pelemahan Kontrak Dalian

avatar
· Views 14
  • Harga CPO jatuh ke level terendah dalam tiga pekan, dipengaruhi pelemahan kontrak Dalian dan penguatan ringgit.
  • Kontrak acuan Januari turun 23 ringgit (0,52%) menjadi 4.399 ringgit per ton; ekspor CPO Malaysia 1-25 Oktober susut 0,4% dibanding periode sebelumnya.
  • Analisis teknikal memprediksi harga bisa menembus support 4.409 ringgit dan turun menuju 4.346 ringgit per ton.

Ipotnews -- Harga minyak sawit mentah (CPO) berjangka Malaysia jatuh ke posisi terendah dalam tiga pekan terakhir, Senin, dipengaruhi pelemahan kontrak Dalian dan penguatan ringgit. Pelaku pasar kini menanti pemicu baru yang dapat memberikan arah pergerakan harga selanjutnya.
Kontrak berjangka minyak sawit untuk pengiriman Januari 2026 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 23 ringgit atau 0,52% menjadi 4.399 ringgit (USD1.041,43) per ton metrik pada jeda tengah hari, memperpanjang tren pelemahan untuk hari kedua berturut-turut, demikian laporan  Reuters,  di Jakarta, Senin (27/10).
"Harga CPO saat ini masih mengikuti pergerakan pasar Dalian, sambil menunggu faktor baru, seperti kondisi cuaca serta kemungkinan kemajuan dalam pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China pekan ini," ujar trader yang berbasis di Kuala Lumpur.
Di bursa Dalian, kontrak minyak kedelai (soyoil) paling aktif naik 0,73%, sementara kontrak minyak sawitnya menyusut 0,31%. Di sisi lain, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade melonjak 0,97%.
Harga CPO biasanya bergerak seiring dengan pergerakan minyak pesaing karena berkompetisi di pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Berdasarkan data Intertek Testing Services, ekspor produk CPO Malaysia sepanjang 1-25 Oktober turun 0,4% menjadi 1.283.814 ton metrik, dibandingkan 1.288.462 ton metrik pada periode 1-25 September.
Kenaikan harga minyak mentah dunia turut menahan pelemahan lebih dalam setelah pejabat Amerika Serikat dan China dilaporkan menyusun kerangka kesepakatan dagang baru, yang meredakan kekhawatiran terhadap dampak tarif dan pembatasan ekspor kedua negara terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Harga minyak mentah yang lebih kuat biasanya membuat CPO lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Sementara itu, ringgit--mata uang utama perdagangan minyak sawit--menguat 0,17% terhadap dolar AS. Penguatan ringgit berpotensi menekan daya saing ekspor karena membuat harga CPO menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri yang bertransaksi menggunakan mata uang lain.
Secara teknikal, analis Reuters Wang Tao memperkirakan harga minyak sawit berpeluang menembus level support 4.409 ringgit per ton dan berpotensi turun menuju 4.346 ringgit dalam waktu dekat. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest