- Harga CPO melorot empat sesi beruntunt dan menuju penurunan bulanan kedua, dipengaruhi oleh pelemahan minyak nabati pesaing dan proyeksi peningkatan produksi Indonesia.
- Kontrak CPO anjlok 1,67% ke 4.245 ringgit per ton, level terendah sejak awal Agustus.
- Pelemahan harga minyak membuat CPO kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Ipotnews - Harga minyak sawit mentah (CPO) Malaysia kembali melemah untuk hari keempat berturut-turut, Rabu, dan diperkirakan mencatatkan penurunan bulanan kedua.
Pelemahan ini dipicu oleh turunnya harga minyak nabati saingan, proyeksi kenaikan produksi dari Indonesia, serta penguatan nilai tukar ringgit.
Kontrak berjangka acuan CPO untuk pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange merosot 72 ringgit atau 1,67% menjadi 4.245 ringgit (USD1.005) per ton pada jeda jeda tengah hari, demikian laporan Reuters, di Jakarta, Rabu (29/10).
Kontrak tersebut menyentuh level terendah sejak 7 Agustus di awal sesi perdagangan.
Menurut Anilkumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, penurunan tajam harga ini melanjutkan tren pelemahan sejak awal pekan.
"Pasar dibayangi ketidakpastian terkait kebijakan biodiesel B50 di Indonesia dan perkiraan GAPKI tentang kenaikan produksi minyak sawit sebesar 10% tahun ini," ujarnya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi CPO nasional tahun ini bisa mencapai 56 juta ton, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Kenaikan produksi tersebut didukung oleh cuaca yang kondusif dan harga yang tetap menarik bagi produsen.
Selain itu, tekanan juga datang dari aksi jual besar-besaran pada kontrak palm olein dan minyak kedelai (soyoil) di Bursa Komoditas Dalian, China, serta pelemahan harga soyoil Chicago Board of Trade ( CBOT ). Di Dalian, kontrak soyoil paling aktif melorot 1,19%, sedangkan kontrak minyak sawit anjlok 2,22%. Di Chicago, harga soyoil melemah 0,53%.
Harga CPO cenderung mengikuti pergerakan minyak pesaing lainnya karena produk-produk ini berkompetisi di pasar minyak nabati (vegetable oil) dunia.
GAPKI mencatat, stok minyak sawit Indonesia pada Agustus turun tipis menjadi 2,54 juta ton, atau 1% lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Penurunan produksi mampu menahan dampak dari menyusutnya ekspor.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia juga turun, memperpanjang tren pelemahan tiga hari terakhir akibat kekhawatiran terhadap efektivitas sanksi Rusia dan potensi peningkatan produksi dari OPEC +.
Penurunan harga minyak mentah membuat CPO menjadi bahan baku biodiesel yang kurang menarik secara ekonomi.
Di sisi lain, nilai tukar ringgit -- mata uang perdagangan utama minyak sawit -- menguat 0,17% terhadap dolar AS, sehingga membuat harga CPO menjadi lebih mahal bagi pembeli luar yang menggunakan mata uang lain.
Analis teknikal Reuters, Wang Tao, memperkirakan harga minyak sawit akan menemukan titik support di kisaran 4.269 ringgit per ton, dan berpotensi mengalami rebound dalam waktu dekat. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
        Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
        



Tải thất bại ()