Goldman Naikkan Proyeksi Harga Bijih Besi untuk Tahun Depan, Tapi Tetap Bearish

Ipotnews - Goldman Sachs Group Inc menaikkan proyeksi harga bijih besi untuk 2026. Dukungan makroekonomi, persediaan yang lebih ketat, dan produksi baja China yang tetap kuat berpotensi mendorong harga bijih besi, namun Goldman tetap memperkirakan harga akan turun tahun depan.
Analis Goldman termasuk Aurelia Waltham memperkirakan, harga rata-rata bijih besi akan mencapai USD93 per ton pada 2026, naik USD5 dari perkiraan sebelumnya. Namun, angka tersebut masih jauh di bawah level perdagangan kontrak berjangka bijih besi saat ini.
"Pasar bijih besi tetap lebih ketat dari yang kami perkirakan dalam beberapa bulan terakhir," tulis para analis dalam catatannya. Produksi  hot metal  China yang tangguh - yang membuat stok pelabuhan tetap stabil dalam dua kuartal terakhir - serta penguatan yuan telah menopang harga, tambah mereka seperti dikutip Bloomberg, Rabu (29/10).
Kontrak berjangka bijih besi naik untuk hari ketiga, menguat 0,7% menjadi USD106,45 per ton di Singapura pada pukul 10:41 waktu setempat. Harga tersebut telah pulih sekitar 15% dari posisi terendah pertengahan Juni, seiring langkah China untuk mengurangi kelebihan kapasitas industri.
China masih berjuang keluar dari kemerosotan sektor properti yang telah berlangsung lama, yang menekan permintaan domestik, meskipun ekspor baja tetap kuat. Goldman menyatakan prospeknya tetap negatif, dan memperkirakan harga bijih besi akan turun menjadi USD88 per ton pada kuartal terakhir 2026, meskipun lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya USD80.
"Sektor baja China telah kembali ke kondisi kelebihan pasokan," kata para analis. "Ekspor bersih baja China telah mencapai puncak, yang dikombinasikan dengan penurunan permintaan domestik yang berkelanjutan, kemungkinan akan menekan produksi baja tahun depan."
Dari sisi pasokan, Goldman mencatat bahwa pengiriman bijih besi global meningkat 15% (yoy) sejauh kuartal ini, yang diperkirakan akan memperburuk penumpukan musiman stok di pelabuhan dan membuat persediaan terus meningkat sepanjang 2026. (Bloomberg)

Sumber : admin