Stok Amerika Turun Tajam, Harga Minyak Berjangka Terangkat

• Harga minyak naik setelah data EIA menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS hampir 7 juta barel, jauh di atas perkiraan, menandakan permintaan kuat dan mengurangi kekhawatiran surplus pasokan.
• Minyak Brent naik 0,8% ke USD64,92 per barel dan WTI menguat 0,6% ke USD60,48, didukung sentimen positif dari optimisme Presiden Trump menjelang pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping.
• Meski the Fed memangkas suku bunga dan OPEC + mempertimbangkan kenaikan produksi pada Desember, pasar tetap fokus pada data permintaan dan prospek kesepakatan dagang yang bisa menopang harga.

Ipotnews -- Harga minyak menguat, Rabu, setelah data resmi menunjukkan penurunan stok Amerika jauh lebih besar dari perkiraan, sementara nada optimistis Presiden AS Donald Trump menjelang pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping membantu meredakan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 52 sen atau 0,8% menjadi USD64,92 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (29/10) atau Kamis (30/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menguat 33 sen atau 0,6% menjadi USD60,48 per barel.
Data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan bahan bakar sulingan Amerika turun lebih besar dari perkiraan pada pekan lalu. Stok minyak mentah anjlok hampir 7 juta barel, jauh melebihi perkiraan penurunan 211.000 barel.
Penurunan tajam ini memicu peninjauan ulang terhadap perkiraan surplus pasokan di pasar minyak global, di tengah peningkatan output oleh kelompok OPEC + dan rekor produksi minyak AS.
"Di mana kelebihan pasokan yang katanya akan datang?" ujar Phil Flynn, analis Price Futures Group. "Semakin lama kelebihan pasokan itu tak muncul, semakin besar keraguan apakah itu benar-benar ada," tambahnya.
Analis UBS Giovanni Staunovo menyebut data EIA juga menunjukkan permintaan minyak yang kuat, sehingga laporan tersebut "sangat positif bagi harga minyak mentah."
Sementara itu, Trump memperkirakan hasil yang baik dari pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping, yang dijadwalkan berlangsung Kamis dalam KTT di Korea Selatan.
Pada pertemuan yang sama, Amerika dan Korea Selatan juga merampungkan kesepakatan dagang yang sempat alot.
Optimisme terkait negosiasi perdagangan AS-China serta kesepakatan dengan Korea Selatan membantu meredakan kekhawatiran pasar terhadap perlambatan aktivitas ekonomi akibat perang dagang dan tarif yang selama ini menekan permintaan minyak serta harga komoditas global.
Namun, kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global belum sepenuhnya hilang. Rabu, the Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin sesuai perkiraan, tetapi pernyataan hati-hati dari Chairman Jerome Powell menimbulkan ketidakpastian baru mengenai arah kebijakan ke depan.
Pekan lalu, Brent dan WTI mencatat lonjakan mingguan terbesar sejak Juni setelah Trump menjatuhkan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya di masa jabatan keduanya, dengan menargetkan perusahaan minyak besar Lukoil dan Rosneft.
Meski demikian, keraguan bahwa sanksi tersebut dapat menahan kelebihan pasokan serta wacana peningkatan produksi OPEC + kembali menekan harga; kedua acuan minyak itu sempat merosot 1,9% atau lebih dari USD1 pada sesi sebelumnya.
Sumber yang dekat dengan pembahasan mengungkapkan bahwa OPEC + cenderung menyetujui kenaikan produksi secara moderat pada Desember, dengan dua sumber menyebut tambahan output sekitar 137.000 barel per hari. (Reuters/AI)

Sumber : Admin