Investor Telaah Kesepakatan Dagang AS-China, Harga Minyak Relatif Stabil

avatar
· Views 16
  • Harga minyak stabil dengan Brent di USD65 dan WTI di USD60,57 per barel, seiring investor menilai dampak kesepakatan dagang sementara AS-China setelah penurunan tarif oleh Presiden Trump.
  • The Fed memangkas suku bunga, meningkatkan prospek ekonomi dan permintaan minyak, meski kekhawatiran kelebihan pasokan tetap membayangi dengan produksi AS mencapai rekor 13,6 juta bph.
  • Pasar menantikan pertemuan OPEC + pada 2 November terkait rencana kenaikan pasokan, sementara defisit anggaran Arab Saudi melonjak 160% akibat kenaikan belanja dan turunnya pendapatan.

Ipotnews - Harga minyak bergerak stabil, Kamis, setelah investor menilai potensi gencatan perdagangan antara Amerika dan China, menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump menurunkan tarif impor terhadap China usai pertemuan dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 8 sen atau 0,1 persen menjadi USD65,00 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (30/10) atau Jumat (31/10) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menguat 9 sen atau 0,1 persen ke level USD60,57 per barel.
Trump menyetujui penurunan tarif terhadap produk China dari 57 persen menjadi 47 persen dalam kesepakatan berdurasi satu tahun. Sebagai imbalannya, Beijing akan melanjutkan pembelian kedelai dari AS, menjaga kelancaran ekspor logam tanah jarang (rare earths), serta memperketat pengawasan terhadap perdagangan ilegal fentanyl.
Analis PVM, Tamas Varga, menilai kesepakatan tersebut lebih merupakan langkah untuk menurunkan ketegangan daripada perubahan struktural dalam hubungan kedua negara.
Dari sisi korporasi, raksasa energi Shell dan TotalEnergies melaporkan penurunan laba kuartalan masing-masing sebesar 10 persen dan 2 persen, tertekan oleh harga minyak yang lebih rendah. Meski demikian, Shell mampu melampaui ekspektasi pasar berkat hasil perdagangan yang lebih kuat di divisi gas.
Sentimen positif juga datang dari keputusan Federal Reserve yang memangkas suku bunga acuan, Rabu, sesuai dengan perkiraan pasar. Namun, bank sentral AS itu memberi sinyal bahwa pemangkasan tersebut kemungkinan menjadi yang terakhir pada tahun ini, seiring penutupan sebagian pemerintahan yang dapat menghambat ketersediaan data ekonomi.
Kebijakan suku bunga rendah dapat menurunkan biaya pinjaman konsumen dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta permintaan minyak.
Kepala Ekonom Rystad Energy, Claudio Galimberti, mengatakan keputusan the Fed menandai perubahan arah kebijakan yang lebih mendukung pertumbuhan dan reflasi secara bertahap, memberikan dorongan bagi komoditas yang sensitif terhadap aktivitas ekonomi.
Sementara itu, di Eropa dan Asia, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ) tetap mempertahankan suku bunga tanpa perubahan.
Ekonomi zona euro tumbuh sedikit lebih cepat dari perkiraan pada kuartal ketiga, ditopang oleh pertumbuhan kuat di Prancis dan Spanyol yang mampu menutupi lemahnya ekspor serta kinerja industri Jerman yang masih tersendat.
Di Jerman, produk domestik bruto (PDB) tercatat stagnan pada kuartal ketiga, menegaskan tantangan yang dihadapi ekonomi terbesar Eropa itu untuk memulihkan momentum di tengah penurunan ekspor.
Kelebihan Pasokan
Kedua acuan harga minyak utama masih berada di jalur penurunan sekitar 3 persen sepanjang Oktober, menandai tiga bulan beruntun pelemahan akibat kekhawatiran kelebihan pasokan global. Produksi minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi sekitar 13,6 juta barel per hari pekan lalu.
Investor kini menantikan pertemuan OPEC + pada 2 November, di mana aliansi produsen minyak tersebut diperkirakan mengumumkan kenaikan pasokan tambahan sebesar 137.000 barel per hari untuk Desember. OPEC + yang mencakup anggota OPEC dan sekutunya seperti Rusia, dalam beberapa bulan terakhir meningkatkan target produksi lebih dari 2,7 juta barel per hari, setara sekitar 2,5 persen dari pasokan global.
Sementara itu, defisit anggaran Arab Saudi -- eksportir minyak terbesar dunia -- melebar menjadi 88,5 miliar riyal (USD23,6 miliar) pada kuartal ketiga, melambung 160 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, akibat meningkatnya belanja pemerintah dan penurunan pendapatan, menurut laporan Kementerian Keuangan negara tersebut. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.

Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
avatar
Trả lời 0

Tải thất bại ()

  • tradingContest