NEW YORK , investor.id -Indeks-indeks saham Wall Street ditutup jatuh serentak pada perdagangan Kamis (30/10/2025), bahkan Nasdaq terparah setelah serangkaian laporan keuangan dari raksasa teknologi (Big Tech), Meta dan Microsoft, menimbulkan kekhawatiran investor.
Dikutip dari CNBC internasional, penurunan juga terjadi di tengah berakhirnya pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Indeks S&P 500 jatuh 0,99% ke level 6.822,34 dan Dow Jones Industrial Average melemah 109,88 poin (0,23%) menjadi 47.522,12. Sedangkan Nasdaq Composite anjlok parah sebesar 1,57% ke posisi 23.581,14.
Penurunan tajam di Wall Street terutama dipicu oleh kinerja saham Meta Platforms dan Microsoft yang anjlok masing-masing lebih dari 11% dan sekitar 3%, setelah laporan keuangan kuartalannya dirilis.
Meski Alphabet (induk Google) membukukan hasil yang kuat dan sahamnya naik 2,5%, pasar tetap tertekan akibat kekhawatiran atas proyeksi belanja besar dari Meta dan Microsoft.
Koreksi pada dua saham tersebut, ditambah dengan pelemahan Nvidia, menjadi sinyal adanya pergeseran sementara dari saham teknologi.
Di sisi lain, saham sektor perbankan seperti JPMorgan dan Bank of America justru menguat, begitu juga saham sektor kesehatan setelah Eli Lilly melaporkan hasil kuartalan di atas ekspektasi dan menaikkan proyeksi laba tahunannya. Saham Eli Lilly tercatat naik hampir 4%.
Manajer Portofolio di Argent Capital Management Jed Ellerbroek mengatakan, pasar tengah beralih ke saham bernilai ( value day ).
"Setelah teknologi memimpin pasar dalam beberapa bulan terakhir, rotasi ini wajar dan sehat. Namun, semua tanda masih menunjukkan bahwa investasi di infrastruktur AI tetap sangat kuat," tambahnya.
Kesepakatan Dagang Terbatas
Pertemuan antara Trump dan Xi juga menjadi perhatian utama pasar. Trump mengonfirmasi bahwa AS akan memangkas tarif fentanyl terhadap China menjadi 10%, menurunkan total bea impor China dari 57% menjadi 47%.
Sebagai imbalannya, Beijing sepakat menindak perdagangan ilegal fentanyl, menunda pembatasan ekspor rare earth selama satu tahun, dan meningkatkan pembelian kedelai serta produk pertanian dari AS. "Masalah rare earth sudah diselesaikan," kata Trump.
Namun, isu lain seperti ekspor chip Nvidia ke China dan kewajiban divestasi TikTok belum mencapai titik temu. Kementerian Perdagangan China hanya menyatakan bersedia bekerja sama dengan AS untuk mencari solusi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
"Ini jelas belum berakhir. Selama Trump masih menjadi presiden, volatilitas perdagangan AS-China akan tetap menjadi ciri khas pasar modal kita. Hasil pertemuan kemarin menegaskan hal itu," kata Ellerbroek.
Saham-saham semikonduktor seperti Nvidia, Broadcom, dan AMD ikut tertekan dalam sesi perdagangan. Menurut Ellerbroek, sektor chip kini menjadi 'bola panas' yang diperebutkan antara AS dan China.
"Jika ingin mendapatkan pertumbuhan dari siklus belanja pusat data, investor harus siap menghadapi risiko politik yang menyertainya dan itu tidak akan hilang begitu saja," ujarnya.
Pelemahan Wall Street juga terjadi setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa bank sentral kemungkinan tidak akan memangkas suku bunga lagi pada pertemuan Desember mendatang.
Pernyataan tersebut menekan ekspektasi pelonggaran moneter lebih lanjut, meski sehari sebelumnya ketiga indeks utama sempat mencetak rekor intraday baru.
Sumber : investor.id
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
        Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.
        



Tải thất bại ()