Wall Street Ceria Seiring Asa Berakhirnya Shutdown, Saham AI Pimpin Keperkasaan

• Bursa Wall Street melejit dipimpin saham teknologi dan AI seperti Nvidia (+5,8%) dan Palantir (+8,8%), didorong optimisme berakhirnya government shutdown; Nasdaq (+2,27%), S&P 500 (+1,54%), dan Dow (+0,81%).
• Sentimen "buy the dip" mendorong rebound sektor teknologi setelah tekanan pekan lalu, sementara saham maskapai dan kesehatan melemah akibat dampak shutdown dan isu subsidi Obamacare.
• Sekitar 83% perusahaan S&P 500 mencatat laba di atas ekspektasi kuartal III, namun volume perdagangan menurun di tengah ketidakpastian politik dan arah kebijakan the Fed.

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street melejit, Senin, dipimpin lonjakan saham teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti Nvidia dan Palantir, menyusul perkembangan positif di Washington terkait upaya mengakhiri penutupan pemerintahan (government shutdown) terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat.
Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,81 persen atau ke 381,53 poin menjadi 47.368,63, indeks berbasis luas S&P 500 melonjak 1,54 persen atau 103,63 poin jadi 6.832,43, dan Nasdaq Composite Index melambung 2,27 persen atau 522,64 poin ke posisi 23.527,17 -- kenaikan harian terbesar sejak 27 Mei, demikian laporan  Reuters  dan   CNBC ,  di New York, Senin (10/11) atau Selasa (11/11) pagi WIB.
Sementara itu, Indeks Russell 2000 naik 0,94 persen atau 22,82 poin menjadi 2.455,64, dan indeks semikonduktor PHLX menanjak 3 persen.
Optimisme pasar meningkat setelah Senat Amerika, Minggu malam, menyetujui langkah awal rancangan kompromi yang berpotensi mengakhiri penutupan pemerintahan selama 40 hari. Namun, belum ada kepastian kapan Kongres akan memberikan persetujuan akhir untuk memulihkan pendanaan federal.
"Penutupan pemerintahan ini berlangsung jauh lebih lama dari yang diperkirakan. Banyak kekhawatiran muncul tentang dampaknya terhadap ekonomi, terutama potensi pembatalan penerbangan dan efek domino terhadap sektor lain," ujar Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer Northlight Asset Management.
Saham teknologi unggulan memimpin kebangkitan setelah pekan lalu mengalami tekanan. Indeks sektor teknologi S&P 500 sebelumnya anjlok 4,2 persen dalam sepekan.
Nvidia, perusahaan dengan valuasi pasar terbesar di dunia, melesat 5,8 persen. Saham Palantir Technologies, perusahaan analitik data berbasis AI, melambung 8,8 persen, sementara Tesla menguat 3,7 persen.
"Ini merupakan rebound setelah kondisi sedikit oversold pekan lalu. Fenomena 'buy the dip' kembali terlihat kuat di sektor teknologi dan AI," kata Ross Mayfield, analis Baird, Louisville, Kentucky. "Tidak ada faktor struktural yang melemahkan tema AI. Justru banyak laporan keuangan di sektor ini menunjukkan hasil yang sangat solid."
Namun, sektor maskapai penerbangan tersungkur akibat pemotongan penerbangan dan kekurangan staf pengatur lalu lintas udara selama penutupan pemerintahan. Saham United Airlines melorot 1,3 persen, sementara American Airlines merosot 2,5 persen.
Menurut situs taruhan Polymarket, peluang berakhirnya penutupan pemerintahan dalam pekan ini mencapai 88 persen. Penutupan terpanjang dalam sejarah AS tersebut telah menciptakan kesenjangan data ekonomi yang menyulitkan Federal Reserve dan pelaku pasar, memaksa mereka bergantung pada data swasta yang memberikan gambaran ekonomi variatif.
Beberapa pejabat bank sentral menyuarakan kehati-hatian menjelang rapat kebijakan berikutnya, sementara Gubernur Fed Stephen Miran kembali menyerukan pemangkasan suku bunga yang signifikan.
Reli pasar saham AS sepanjang tahun ini banyak ditopang oleh optimisme terhadap kecerdasan buatan. Namun, kekhawatiran tentang profitabilitas dan pola pengeluaran internal di sektor tersebut sempat memicu aksi jual pekan lalu, yang membuat Nasdaq mencatat kinerja terburuknya dalam lebih dari tujuh bulan.
Di sisi fundamental, musim laporan keuangan kuartal ketiga hampir selesai. Dari 446 perusahaan yang termasuk dalam indeks S&P 500, sekitar 83 persen melaporkan laba di atas ekspektasi, menurut data LSEG .
Sektor kesehatan justru menjadi pemberat indeks. Saham perusahaan asuransi kesehatan anjlok setelah Senat mencapai kesepakatan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan tanpa memperpanjang subsidi Affordable Care Act (Obamacare), dan menunda pemungutan suara mengenai isu tersebut hingga Desember. Centene ambles 8,8 persen, Humana merosot 5,4 persen, dan Elevance Health menyusut 4,4 persen.
Saham Metsera anjlok 14,8 persen setelah Pfizer memenangkan persaingan akuisisi senilai USD10 miliar terhadap perusahaan tersebut. Sebaliknya, saham Eli Lilly melesat 4,6 persen ke rekor tertinggi baru setelah Leerink Partners menaikkan peringkat rekomendasinya.
Secara keseluruhan, jumlah saham yang naik di indeks S&P 500 mengungguli yang turun dengan rasio 1,7 banding 1.
Indeks S&P 500 mencatat 32 saham menyentuh level tertinggi baru dan 8 saham mencatat level terendah, sementara di Nasdaq terdapat 106 saham membukukan rekor tertinggi dan 128 saham turun ke posisi terendah baru.
Volume perdagangan di bursa Wall Street mencapai 17,9 miliar saham, lebih rendah dibanding rata-rata 20,8 miliar saham selama 20 sesi terakhir -- menandakan sebagian pelaku pasar masih menahan diri di tengah ketidakpastian politik dan kebijakan moneter. (Reuters/CNBC/Investing/AI)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Nvidia (5,79%)
-Microsoft (1,88%)
-3M (1,74%)
Saham berkinerja terburuk
-P&G (-1,01%)
-UnitedHealth (-0,82%)
-Nike (-0,51%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Palantir (8,83%)
-Enphase (8,67%)
-Western Digital (6,91%)
Saham berkinerja terburuk
-Centene (-8,81%)
-Molina Healthcare (-7,36%)
-Humana (-5,38%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Galecto (248,48%)
-Movano (149,69%)
-Cogent Biosciences (119,03%)
Saham berkinerja terburuk
-Sonder Holdings (-60,02%)
-Aspire Biopharma Holdings (-35,78%)
-Yueda Digital Holding (-35,66%)

Sumber : Admin