- Harga CPO melemah dan melanjutkan tren turun akibat ekspor yang lemah dan stok yang tinggi, meski pergerakannya relatif terbatas.
- Kenaikan harga soyoil dan minyak mentah global membantu menahan penurunan CPO tidak semakin dalam.
- Faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, pelemahan ringgit, serta penurunan impor minyak nabati Uni Eropa turut memengaruhi sentimen pasar.
Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia bergerak dalam kisaran sempit, Rabu, di tengah berlanjutnya kekhawatiran pasar terhadap lemahnya ekspor dan tingginya tingkat persediaan yang terus menekan harga.
Meski demikian, penguatan harga minyak kedelai (soyoil) di Chicago serta kenaikan harga minyak mentah global memberikan penopang bagi pasar.
Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 5 ringgit atau 0,13 persen menjadi 3.957 ringgit (USD969,14) per metrik ton pada jeda perdagangan tengah hari.
Penurunan ini memperpanjang pelemahan harga yang berlangsung selama tiga sesi perdagangan berturut-turut, dengan total koreksi mencapai 1,39 persen, demikian laporan Reuters, di Kuala Lumpur, Rabu (17/12).
Pelaku pasar masih dibayangi kekhawatiran atas kinerja ekspor Malaysia yang lemah serta tingkat stok domestik yang relatif tinggi. David Ng, trader di perusahaan perdagangan Iceberg X Sdn Bhd yang berbasis di Kuala Lumpur, mengatakan dua faktor tersebut terus menjadi tekanan utama bagi pergerakan harga minyak sawit.
Namun demikian, dia menambahkan bahwa rebound yang terjadi pada pasar minyak kedelai Chicago serta penguatan harga minyak mentah membantu menahan penurunan harga agar tidak lebih dalam.
Di pasar komoditas lain, kontrak minyak kedelai paling aktif di Bursa Dalian melorot 0,73 persen, sementara kontrak minyak sawitnya melemah 0,97 persen. Sebaliknya, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade menguat 0,19 persen.
Secara umum, harga CPO kerap mengikuti pergerakan minyak pesaingnya karena seluruh komoditas tersebut berkompetisi dalam pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari 1 persen setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan penerapan "blokade total dan menyeluruh" terhadap seluruh kapal tanker minyak yang terkena sanksi dan keluar masuk Venezuela. Kebijakan tersebut memicu kembali ketegangan geopolitik global, di tengah kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan energi.
Kenaikan harga minyak mentah turut meningkatkan daya tarik CPO sebagai bahan baku biodiesel, karena margin produksi menjadi lebih kompetitif.
Dari sisi mata uang, ringgit Malaysia, yang merupakan mata uang perdagangan CPO, melemah 0,02 persen terhadap dolar AS. Pelemahan ini membuat harga sawit menjadi sedikit lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Di sisi kebijakan energi, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA) menyatakan akan merampungkan mandat pencampuran biofuel untuk 2026 dan 2027 pada kuartal pertama tahun depan. Penetapan tersebut sebelumnya diperkirakan diumumkan pada akhir Oktober tahun ini.
Sementara itu, data Komisi Eropa menunjukkan impor kedelai Uni Eropa untuk musim 2025/2026 yang dimulai Juli mencapai 5,65 juta metrik ton hingga 14 Desember. Angka tersebut merosot 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor minyak sawit Uni Eropa juga menyusut 12 persen menjadi 1,35 juta ton dalam periode yang sama. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
Được in lại từ indopremier_id, bản quyền được giữ lại bởi tác giả gốc.
Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm: Quan điểm được trình bày hoàn toàn là của tác giả và không đại diện cho quan điểm chính thức của Followme. Followme không chịu trách nhiệm về tính chính xác, đầy đủ hoặc độ tin cậy của thông tin được cung cấp và không chịu trách nhiệm cho bất kỳ hành động nào được thực hiện dựa trên nội dung, trừ khi được nêu rõ bằng văn bản.
Bạn thích bài viết này? Hãy thể hiện sự cảm kích của bạn bằng cách gửi tiền boa cho tác giả.

Để lại tin nhắn của bạn ngay bây giờ