Tekanan Harga Akibat Kekhawatiran Permintaan Global   Harga minyak mentah dunia kembali turun tajam dan berada di jalur penutupan terendah dalam lebih dari lima bulan terakhir. Sentimen pasar energi masih dibayangi oleh kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global serta peningkatan suplai dari produsen utama seperti Rusia dan AS. Kondisi ini membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual di pasar minyak, menekan harga lebih dalam.   Namun, tekanan ini mulai dianggap berlebihan oleh sebagian analis karena penurunan harga telah melampaui fundamental permintaan global yang sebenarnya masih cukup solid. Penurunan harga hingga ke kisaran $56–57 per barel menciptakan ruang teknikal untuk potensi rebound dalam waktu dekat, terutama jika muncul katalis positif dari kebijakan perdagangan global.   Optimisme Kesepakatan Dagang AS–China Bisa Pulihkan Harga   Faktor utama yang berpotensi mengubah arah harga minyak adalah meningkatnya optimisme terhadap negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Setelah periode ketegangan yang panjang, kedua negara mulai menunjukkan sinyal kesediaan untuk melanjutkan dialog produktif. Investor menilai bahwa jika terjadi kemajuan signifikan, permintaan energi global akan kembali meningkat karena aktivitas industri dan transportasi di dua ekonomi terbesar dunia tersebut akan pulih.   Selain itu, stabilisasi di pasar obligasi AS serta komentar pejabat The Fed yang cenderung dovish menambah harapan bahwa suku bunga akan tetap rendah, menjaga aktivitas ekonomi tetap solid. Faktor-faktor ini menjadi alasan kuat mengapa minyak mentah berpotensi mengalami rebound teknikal menuju area $60 per barel dalam jangka dekat.